2016 - atha's scrapbook

December 25, 2016

Us in a Nutshell

Sunday, December 25, 2016 0
Us in a Nutshell
And I began to brood, whose fault it was. Me, for being such a ingenue, or you, for pretending over anything. I could call it sweet. Running through the basketball court at night which had weird redolent; breaking some school rules only to be joyful. One night we laid on the grass, watching the fireworks that we set on a dark sky. The other night we spent whole day at the park's benches and laughed so hard on our friend's lame jokes. We would out of the blue bump into each other every morning before the fog even vanished; saying hi and awkwardly talked about the weather.

I never thought that I would like you that much. We barely knew each other until one day you brought out the topic of my accent. "Weird," you'd say. You would look at me as if I was an indigenous person of an ancient tribe, just because I talked differently. Then you began ranting; why out of all people I was the one who had cute accent, why our lines crossed in a bizarre way, or why the way I behave bothered you so much. Trust me, I had no idea. I have no idea.

People called it outrageous, but to me that was your incipient attempt to make your dots connected into mine. You were always dancing in the fire while the best thing I did was talking effervescently. I was pretty much doing things behind the curtains and you always showed up under the spotlight. Best actor of all the dramas we played. Now I finally understand why they said "you've been given an elixir. wake up".

At the end, our ego won the battle. We both already gave up before the referee even blew his whistle. We were too afraid to say yes; resulting in a long, savage, fiery ruth. I, wearing my saggy, ugly, navy jacket, feeling unsure, called it quit. Few moments afterwards, I received a big, mysterious dispatch. You viciously were intertwining your lovely yarns, which used to make my gloomy days away, with my sweet best friend's.

Was I a fool to believe it was a sweet lagniappe? I guess I had no choice. We were seventeen and all we did was being comely to each other.
Thank you, though. It was a nice assemblage.

December 10, 2016

Jadi Muslim yang Baik

Saturday, December 10, 2016 0
Jadi Muslim yang Baik
Makin kesini, makin besar, saya jadi suka mikir.
Apa yang kita cari dalam hidup? Apa tujuan kita hidup?
Sampai saat ini jawaban saya satu, sih, bisa berguna buat orang banyak. Kalau belum bisa berguna buat orang, seenggaknya jangan menyusahkan orang lain.

Pasti tahu akhir-akhir ini di Indonesia banyak kejadian nggak menyenangkan yang menyangkut paut agama, dan politik. Dulu saya termasuk dalam golongan netral yang bahkan cenderung tidak peduli. Selama nggak ngaruh ke saya, yaudah. Orang mau ribut jungkir balik yaudah. Capek emang lihat drama manusia di sosial media. Sebegitu entengnya, ya, ngeluarin kata-kata kasar. Astaghfirullah.

Saya tidak peduli sampai pada suatu hari saya membaca postingan seorang penulis Indonesia di sosial media yang menerangkan mengapa ia sakit hati dengan perkataan pejabat tersebut yang membuat keributan di seantero Indonesia ini. Disitu saya tertegun. Saya bisa paham kenapa ratusan ribu orang berdemonstrasi. Saya tahu alasan saya tidak peduli. Saya belum mencintai Al Quran sebesar orang-orang yang ikut demo, sebesar orang-orang yang sakit hati. Lebay banget, tha, gitu aja sakit hati. Well, sekarang saya tanya. Kalau kalian mencintai sesuatu, sangat, sangat, cinta, lalu ada seseorang yang tiba-tiba nggak kalian kenal, nggak tahu apa-apa soal sesuatu yang kalian cintai itu dan bilang hal-hal yang enggak-enggak, sakit hati ga? Kalau enggak ya berarti kalian ga cinta. 

Mengenai demo, dari saya SD sampai hari ini setahu saya negara kita negara demokrasi, dan demonstrasi merupakan kegiatan yang sah. Saya nggak habis pikir sama orang-orang di luar sana yang mencibir berparagraf-paragraf ngatain orang-orang yang demo bego dan tolol. Padahal saya tahu mereka orang berpendidikan, dan harusnya orang yang berpendidikan tahu bahwa demonstrasi di Indonesia adalah hal yang sah. Mungkin kalau demonya orang Islam jadi beda ya? Hahaha capek lah. 

Namun dari sekian banyak hal di atas, yang paling bikin sedih adalah orang Islam yang mengatai teman-teman seimannya bego karena demo, karena gitu aja kok sakit hati. Mereka bilang begitu semata-mata hanya untuk validasi lingkungan, agar tidak dicap "islam banget, kolot, gak modern". Sedih nggak sih, seorang muslim malu untuk mengaku cinta sama agamanya sendiri. Saya tahu, saya bukan muslim yang sempurna, jilbab saya belum syar'i, masih suka pake celana, jarang banget sholat dan puasa sunnah, tapi saya nggak pernah malu mengakui saya muslim. Saya mau belajar hal-hal yang belum saya tahu tentang agama saya karena ternyata masih banyak banget yang harus saya pelajari. Saya juga sekarang lebih berhati-hati menjaga lisan. Lebih baik saya diam ketika saya tidak paham betul akan sesuatu, daripada koar-koar marah-marah di sosial media padahal nggak paham banget soal agama, malah jadinya bikin image muslim jadi jelek. Padahal Islam mengajarkan kasih sayang dan lemah lembut. Islam mengajarkan sabar, ikhlas.

Mungkin orang Indonesia terlalu banyak dimanja. Disini mau sholat gampang, masjid dan musholla ada dimana-mana, pakai jilbab biasa aja, 97% warung jual makanan halal, bulan Ramadhan warung makan pada pakai tirai dan banyak orang juga puasa, kantor dan sekolah pulang cepat. Jadinya banyak yang jalanin ibadah tanpa hati, cuma karena kewajiban. Agama turunan dari orang tua. Saya pernah keluar negeri, walau cuma sebentar. Disana saya banyak bersyukur kalau inget di Indonesia betapa gampang beribadah. Saya sering diliatin aneh, dan pernah satu waktu saya berjalan nggak sengaja nyenggol lengan bapak-bapak, beliau langsung membersihkan tangannya mengibas-ibaskan jaketnya seperti habis kena najis saja. Saya harus menggeser meja tiap mau shalat karena saya "melindungi" tempat shalat saya dengan meja biar nggak diinjek-injek sepatu sama teman satu rumah. Saya pernah wudhu di wastafel kampus lalu shalat di auditoriumnya dan ditontonin sama orang-orang. Mau cari makan juga harus pilih-pilih. Betapa saya juga dihadapkan pada kenyataan bahwa tidak semua muslim sama seperti ekspektasi kita. Saya bertemu muslim yang minum alkohol, makan babi, and doing one-night stands with girls from night clubs. Dan ketika ditanya agama mereka bilang mereka muslim. Ya Allah, maafin Atha, tapi kadang saya nggak rela "membagi" agama saya dengan mereka. Astaghfirullah. Itu salah satu pelajaran yang saya dapet bahwa kita nggak boleh judgemental karena belum tentu iman kita lebih baik daripada mereka. Astaghfirullah.

Saya berusaha menjadi muslim yang baik. Saya pengen nunjukin bahwa dengan menjadi seorang perempuan muslim berjilbab saya tetap bisa menjalani apa yang saya mau, tetap bisa bergaul dan berteman, bahwa jilbab adalah pilihan saya, bukan paksaan. Coba kalian bisa tahu ya, sebahagia apa saya waktu denger beberapa teman saya bilang "It's really my first time talking to a girl in a hijab, usually I just saw them on the streets. I'm afraid to talk to them because the media made us to. But it turns out okay. You are just a normal girl like the others! It opens my mind, it's not that scary." Saya berusaha jadi muslim yang baik. Saya tidak pernah memarah-marahi teman-teman muslim saya yang minum alkohol atau makan babi. It's their choice. Mungkin beberapa kali saya hanya bercanda "Makan babi mulu lo". Sisanya ya lewat perbuatan. Sebisa mungkin saya tunjukin Islam itu bagaimana, dan didoain. Saya tahu ilmu agama saya masih cetek banget. Tapi insyaAllah saya nggak akan judgemental. Sedih kadang lihat ada beberapa orang yang ilmu agamanya sudah tinggi tapi memandang rendah yang belum berjilbab syar'i dan masih pake celana kayak saya. Nggak semua, tapi ada. Dan nggak enak rasanya di judge "berdosa". Dari situ saya paham mengapa banyak yang bilang bahwa dakwah yang sebenarnya adalah bukan "kamu salah, dan aku benar" tapi "yuk, sama-sama belajar yang benar kayak gimana". Saya pribadi sih ogah kalau disuruh hijrah tapi dakwahnya "weh baju lo masih salah, dosa tau kayak gitu. gini nih kayak gue, yang bener". Saya masih harus belajar banyak. Doain saya semakin hari semakin jadi muslim yang lebih baik, ya. 

Satu lagi pelajaran yang saya dapet di luar negeri. Entah kenapa, waktu berada disana, saya bangga banget menjadi seorang muslim. Saya bangga banget saya pake jilbab, dengan begitu orang-orang langsung tahu bahwa saya muslim. Betapa senengnya pada ketika pada akhirnya saya bisa mematahkan persepsi-persepsi mereka tentang muslim. Membuat mereka sadar bahwa apa yang disiarkan media selama ini tentang muslim dan teroris adalah salah. Betapa cowo-cowo memerlakukan saya sopan, nggak asal peluk-peluk dan cipika cipiki kayak ke cewe lain. Saya bangga saya nggak makan makan babi dan minum alkohol. Betapa semua orang selalu memperhatikan saya "kita pergi ke tempat makan yang Atha bisa makan" atau "Atha kamu nggak boleh makan apa aja? Biar besok dimasakin nggak salah". Hal-hal sesederhana itu, bikin saya bangga. Mungkin nggak seberapa, tapi bagi saya itu pengalaman rohani banget.

Perbedaan itu indah kalau kita saling menghargai. Kalau kita nggak suka ngejudge orang "berdosa". Urusan iman itu antara manusia dan Tuhannya. Seperti yang saya bilang. Belum tentu iman kita lebih baik dari iman orang yang kita judge. Semoga kita jadi pribadi yang lebih baik. Semoga kita selalu dilindungi Allah. Semoga kita selalu berada dalam kebaikan dan kebahagiaan. Aamiin.

November 22, 2016

Random Thoughts on Rain

Tuesday, November 22, 2016 0
Random Thoughts on Rain
Raining in Mainz, Germany, Jan 2015
I don't really like rain. How it causes the blue sky turns into grey, making people sad. It often makes people curse on their motorcycle seats, those who forgot to bring their rain coats. I don't like it also when rain ruins my favorite shoes, or my favorite clothes. Making them look and smell so bad. Maybe I've changed, because I used to like it so much. I still remember how happy I was, laughing on the back seat of my grandfather's motorcycle, letting rain fell right on my face. I still remember how I liked to bring out my colorful umbrella when it rained. Running through it while making fun jokes with my childhood friends. How great rain is. It can change your mood out of the blue. It can bring your long gone memories back.

It has been raining these days. And that made me had to wear my rain coat almost every afternoons, and ruined my shoes too while cursing on myself of not having plastic sandals to wear. Even on some days I got wet like twice. I hate the puddles on the parking lot. I hate how cars didn't let motorcycles to go first. Oh please, they weren't even wet! And I hate the fact that the inside part of my helmet also got wet (how come???).

But this afternoon, after all this time, I was happy. I wasn't even disturbed eventhough I made my grandma's skirt all wet. But oh well, I still cursed on myself because of my not-so-comfortable rain coats and that-plastic-sandals thing. I repeat, I was happy, and suddenly everything felt better.

And I realize that no matter what it is, as long as you see it in a positive way, you'll be okay. You'll be fine. Even when you have no shoes to wear because all of them smell so bad. Even when your rain coat has holes and makes water dripping down to your skin. Even when your umbrella is broken and you have nothing to cover your head. Even when your assignments are wet because of the rain. As long as you don't think too much. As long as you're happy. As long as you see things in positive way.

You will be alright.

Love,
Atha :)

p.s. do not hate rain because rain is an awesome phenomenon!!!!!!!! (but northen lights are waaaay cooler, eventhough I haven't seen it :P)

November 7, 2016

Ibu Awet Muda

Monday, November 07, 2016 2
Ibu Awet Muda
Ibu, 32 tahun (17 tahun yang lalu).
 Perempuan tangguh paling cantik di dunia, dan saya beruntung memanggilnya 'Ibu'.

Darinya saya belajar banyak.
Bagaimana caranya ikhlas memaafkan orang lain yang telah menyakiti hati. Bagaimana bisa sabar menghadapi cobaan demi cobaan yang seharusnya bukan menjadi tanggungjawab beliau.

Entah sudah berapa banyak tetes air mata dan aduan beliau kepada Allah tentang betapa kejamnya dunia mengukir hidupnya. Namun Ibu tidak pernah menampakkan bahwa beliau lelah. Bahwa ia sedih. Ibu selalu kuat dan mengajarkan saya untuk menjadi yang sama. "Anak Ibu harus kuat. Nggak boleh cengeng."

"Anak Ibu harus kuat. Anak Ibu harus bisa berjuang."
Dan dari Ibu saya akhirnya mengerti tentang perjuangan dan pengorbanan, karena perjuangan dan pengorbanan Ibu tidak pernah sekecil itu. Ibu bukan berasal dari keluarga yang kaya raya. Namun semangat Ibu untuk belajar, untuk menjadi lebih baik, dan untuk membahagiakan ibunya tidak pernah sederhana. Ibu merupakan anak pertama di keluarganya yang ngotot kuliah ke luar kota agar dapat pendidikan yang lebih baik, dan Ibu berhasil. Ibu merupakan alumni salah satu perguruan tinggi negeri terbaik di Indonesia dan hal tersebut membuat saya iri beberapa tahun lalu. Tapi alhamdulillah, sekarang, saya satu almamater sama Ibu :) Seperti yang sudah saya ceritakan di 'Ngobrol', Ibu bukan merupakan ibu rumah tangga biasa. Ibu malaikat saya. Salah satu hadiah terbaik dari Allah untuk saya.

Sampai saat ini saya tidak pernah bisa paham bagaimana bisa Ibu memiliki hati seluas samudera. Hati yang mampu memaafkan. Hati yang mampu sabar. Hati yang mampu ikhlas.
Mungkin hati Ibu yang cantik tadi menjadi salah satu alasan mengapa hingga saat ini masih banyak orang yang salah menebak umur Ibu. (Ibu, jangan geer kalo baca ini, ya!)
 
Ibu, 48 tahun
(2015)
Ibu, 49 tahun
(Oktober 2016)

Pasti Athaya bercanda, ya?
Kalau mau boleh kok cek KTP Ibu hahaha. Selain mengajari saya beragam hal mengenai hidup, sebagai perempuan, tentu Ibu juga cerewet mengajari cara merawat badan, termasuk wajah. Berikut tips-tips yang ibu ajarkan kepada saya
  1. Asupan yang sehat
    Banyak minum air putih, makan sayur dan buah, kurangi makan junk food.
  2. Buang air besar harus lancar
    Mungkin terdengar menggelikan. Tapi percayalah, metabolisme yang lancar akan berakibat baik juga terhadap kulit.
  3. Tidur yang cukup, kurangi begadang
    Ibu selalu bilang lebih baik tidur cepat dan bangun sebelum subuh dibanding tidur larut malam dan bangun ketika matahari sudah tinggi.
  4. Pakai produk perawatan kecantikan yang aman dan cocok
    Sejak SMA, ibu selalu maskeran dan luluran satu minggu sekali. Tips yang selalu ibu tekankan kepada saya adalah selalu membersihkan muka setelah berpergian, serta harus tidur dalam keadaan muka sudah bersih dari kotoran dan terutama make up.
Tapi Ibu tetaplah perempuan, yang selalu khawatir akan rambut yang perlahan mulai berubah warnanya, garis-garis halus serta titik-titik kecokelatan pada wajah, dan kulit yang semakin mengendur. Oh Ibu, semuanya wajar mengingat usia Ibu.


"Tapi kalau bisa diperlambat penuaannya kenapa enggak, mbak?" kata Ibu.
Akhirnya beberapa waktu yang lalu saat saya sedang browsing sana sini, saya melihat produk baru L'Oreal, yaitu L’Oreal Paris Revitalift Dermalift yang merupakan produk anti-aging yang menurut saya bisa banget dicoba oleh Ibu! Dan juga ibu-ibu di luar sana, karena sepertinya menjanjikan sekali dan L'Oreal bukan merupakan pemain baru dalam pasar kosmetik sehingga tidak perlu diragukan lagi keamanan dan kualitasnya.

Selain asupan yang sehat dan begizi serta perawatan wajah yang tepat, hati yang cantik juga akan sangat membantu memercantik wajahmu, perempuan Indonesia!
Dimanapun kalian berada, jangan sia-siakan #UsiaCantik untuk bersedih meratapi tanda-tanda penuaan, karena tua itu pasti, tapi penuaan belum tentu cepat terjadi. Tetaplah cantik, perempuan-perempuan cantik

Lomba blog ini diselenggarakan oleh BP Network dan disponsori oleh L’Oreal Revitalift Dermalift.

November 6, 2016

WHAT TO DO: Ketika Dompet Hilang

Sunday, November 06, 2016 0
WHAT TO DO: Ketika Dompet Hilang
Kehilangan dompet merupakan sebuah peristiwa yang tidak diinginkan oleh siapapun. Bukan masalah uang tunai yang ada di dalamnya. Tapi kartu-kartu dan surat pentingnya itu, loh. Juga isi berharga yang lain. Teman saya, Sara berkata "It's never about the money. It's about the memories. The nicest pictures you kept in there, the coins from the other part of the world from your friends, or the wallet itself." 

Saya pernah kehilangan dompet satu kali, hampir dua kali jika yang baru-baru ini dihitung kehilangan (re: ninggalin dompet di perpustakaan kampus hari Jumat dan nggak sadar. Paniknya sampai hari Senin. Alhamdulillah disimpan ibu perpus).
Jujur saya sedikit trauma akan hal ini.
Saya kecopetan di luar negeri sewaktu lagi ikut exchange. Gimana rasanya waktu itu? Gemeter, takut, sedih, marah, dan panik campur aduk. Alhamdulillah paspor saya aman jadi seenggaknya masih bisa pulang ke Indonesia dan ambil duit kiriman di western union.

Di section what to do kali ini, saya akan membagikan pengalaman saya mengenai apa-apa saja yang perlu dilakukan kalau kalian kehilangan dompet, ya. (Semoga tidak pernah terjadi ke kalian.)

1. Telepon KBRI (kalau hilangnya di luar negeri)
Sumpah, KBRI itu baik banget. Saya ditemenin ke kantor polisi, dibantu menerjemahkan surat polisi ke bahasa Indonesia, sampai diantar ke tempat kerja. Pokoknya, kalau ada apa-apa di luar negeri, hal pertama yang perlu kalian lakukan adalah telepon KBRI. (Tambahan juga, kalau ke luar negeri dan stay dalam waktu yang agak lama, ada baiknya lapor diri ke KBRI. Jadi mereka tahu kalau kalian ada di negara tersebut :))

2. Lapor ke Kantor Polisi
Lapor ke kantor polisi adalah sangat penting karena kalian akan dapat surat keterangan kehilangan yang akan berguna untuk mengurus dokumen yang hilang. Biasanya mereka akan tanya dimana dan kapan kira-kira dompet tersebut hilang dan berkata akan menghubungi kalian kalau dompetnya ditemukan oleh mereka. Tapi, kayaknya itu hanya formalitas. Kecuali kalian orang penting atau anaknya orang penting. Atau kalo ada yang nemu dompet dan lapor ke kantor polisi. Intinya, fungsi dari lapor ke kantor polisi adalah untuk dapat surat keterangan kehilangan.
Kalau surat keterangan kehilangannya dalam bahasa asing, KBRI akan membantu menerjemahkannya.

3. Urus Dokumen yang Hilang
Ini bagian yang paling tidak menyenangkan. Urusan birokrasi memang tidak pernah tidak sederhana. Hilangnya dompet saya kala itu berarti juga hilangnya kartu ATM, KTP, SIM, KTM, dan yang paling parah, STNK motor (juga kartu-kartu member dan kartu alumni serta kartu pelajar SMP-SMA :(( ). Berikut bagaimana saya mengurus dokumen yang hilang tersebut.
  • kartu ATM
    Kalian ke bank dan bawa buku tabungan, kartu identitas (kemarin saya bawa paspor karena kartu identitas saya cuma itu), serta surat polisi yang asli dan fotokopiannya. Nanti ke customer service dan ikuti saja prosedur dari bank tersebut. Surat polisi yang asli nanti dibawa pulang lagi. Hanya mengecek sama atau tidak dengan yang fotokopi.
  • KTM
    Mungkin urus KTM yang hilang di tiap-tiap universitas berbeda-beda. Namun, di universitas saya begini. Transfer ke rekening direktorat akademik sebesar 20.000 kalau tidak salah (saya lupa). Setelah itu bawa bukti transfer, pas photo, surat polisi yang asli dan fotokopi ke direktorat akademik dan isi formulir permohonan kalau tidak salah. Setelah itu tunggu beberapa hari, dan KTM yang baru bisa diambil.
  • KTP
    Urus KTP itu ke pak RT dengan membawa KK dan surat polisi, kayaknya. Saya lupa soalnya ibu yang membantu mengurus.
  • SIM
    Setelah KTP jadi, baru bisa bikim SIM. Prosedurnya sama saja seperti bikin SIM baru.
  • STNK
    Mengurus STNK adalah yang paling ribet menurut saya. Setelah dapat surat keterangan hilang, bawa BPKB dan KTP asli yang namanya tertera di BPKB. Nanti akan dilakukan cek fisik kendaraan oleh pihak kepolisian (nomor rangka & nomor mesin), lalu kalian akan disuruh bikin iklan di media cetak, dan isi formulir permohonan kalo tidak salah. Setelah itu akan diproses sampai STNK yang baru keluar. Pokoknya ikuti saja prosedurnya, pasti dibimbing dan dijelasin sama pihak kepolisian kok.
Kurang lebih seperti itu cara mengurus surat-surat berharga yang hilang. Prosesnya lumayan ribet, kecuali ATM kali ya yang bisa satu hari jadi. Semoga kalian nggak perlu mengalami seperti saya ya.
Sampai sekarang saya masih suka sedih kalau ingat di dalam dompet tersebut ada foto almarhumah Oma, foto-foto hasil photobox jaman SMA, foto saya dan adik jaman kecil sama bapak, simcard Jerman, kartu perserta UN SMA, juga koin-koin dari New Zealand dan Chile dari teman-teman saya :"( 

Hati-hati ya dimanapun kalian berada. Semoga selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin.
 
KBRI paling baik<3


Love,
Atha

October 30, 2016

She is Too Afraid

Sunday, October 30, 2016
She is Too Afraid
She is too afraid to shout her thoughts out.
too afraid of crowded places.
of strange faces.
She is just too afraid.

She is too afraid to talk about her deepest secrets.
too afraid of dark.
of empty boxes which are fulled of dust.
She is just too afraid.

People says big girls don't cry.
but girls are human too.
each is given a pair of Tränendrüse.
each needs to put her head down to the ground.
34 times a day.

October 9, 2016

Ngobrol

Sunday, October 09, 2016 0
Ngobrol

Saya suka sekali ngobrol. Bertukar pikiran, pendapat, dan sudut pandang akan penyelesaian suatu masalah, atau setidaknya opini mengenai sebuah fenomena. Jarang sekali bisa saya temukan teman ngobrol yang asik dan tahu banyak. Mungkin kebanyakan memang sukanya ngobrolin tentang gosip atau make up. It’s fun sometimes, but it gets me boring easily.

Ngobrol disini maksud saya adalah beneran ngobrol. Tentang berita yang lagi hits, perang dunia, ideologi, atau fenomena-fenomena ajaib khas Indonesia. Dan sampai sekarang teman ngobrol yang paling asik untuk saya adalah Ibu. Sama Ibu saya bisa ngobrolin banyak hal mulai dari politik, fenomena nikah muda, agama, sampai kebijakan pemerintah. Dua jam di telepon pun tidak terasa lama kalau ngobrol sama Ibu. 

Mungkin Ibu saya hanya ibu rumah tangga. Tapi pengetahuan dan pandangan beliau tentang dunia nggak sesederhana itu. Coba, ibu rumah tangga mana yang khatam novel Harry Potter 1-7, Twilight Saga, Sherlock Holmes, dan novel-novel Agatha Christie. Bahkan dongengku sebelum tidur sewaktu kecil adalah seri novel Lima Sekawan nya Enid Blyton. Film favorit Ibu adalah semua seri James Bond dan Mission Impossible... hahaha I lose at this point. Pengetahuan umum Ibu tentang dunia jauh lebih luas daripada saya. Ibu tahu kota-kota apa yang memiliki sejarah apa, ibukota-ibukota negara, sampai makanan khas dan tujuan wisata di negara-negara yang jarang kita tahu. Tapi Ibu ya tetap Ibu-Ibu. Sekarang lagi hobi sekali nonton sinetron Turki. Semoga beneran bisa keliling Turki one day ya, Mom.

Balik lagi ke topik. Kenapa, sih ngobrol itu penting. Dari ngobrol kita bisa tahu seperti apa seseorang itu, dan sepinter apa dia. Pintar tidak selalu tentang hal-hal kognitif yang hanya berorientasi pada akademik tapi social skill dan pengetahuan umumnya nol besar. Bukan. I’m not into those kind of people. Beberapa teman saya tanya, “Atha suka cowo yang kayak apa?” dan akan selalu saya jawab “Yang lebih pintar dari Atha.” Dari jawaban itu teman-teman saya selalu menatap saya aneh dan selalu bilang  So you like nerds who wear thick glasses and socially inactive and all they do is studying by themselves?”  Nggak. Orang-orang pintar menurut kamus saya adalah mereka yang pintar secara sosial, dalam artian akhlaknya bagus dan tahu bagaimana cara memerlakukan orang lain. Selain itu, mereka juga memiliki pengetahuan umum yang luas serta cara pandang yang cerdas, jadi asik sekali kalau jadi teman ngobrol dan diskusi. And they can teach me something I don’t know. Udah deh kalau sudah ketemu yang begitu saya langsung nge-fans.

Seperti yang kita tahu dari jaman sekolah dasar dahulu. Manusia adalah makhluk sosial, dan selalu butuh kegiatan sosial. Hal yang paling mendasar untuk bisa mengawali hubungan sosial ini ya ngobrol tadi. Sehingga sebenarnya ngobrol adalah salah satu kebutuhan dasar yang mau nggak mau harus kita penuhi. Entah hanya ngomongin kejelekan orang, atau diskusi tentang harga minyak bumi. Tinggal kita saja yang memilih, mau terus menerus ngobrolin hal nggak penting semacam kejelekan orang atau menambah ilmu baru dengan ngobrol yang melibatkan sudut pandang- sudut pandang baru.

Jadi, ngobrol yuk?

October 3, 2016

Having a Life-Changing Experience in Serbia

Monday, October 03, 2016 0
Having a Life-Changing Experience in Serbia
Serbia, Eropa Timur.


Kalemegdan Fortress, my most favorite place in Belgrade
source: travelinos.com
Tidak pernah sebelumnya aku menyangka akan menginjakkan kaki di tanah bekas pusat kejayaan negara raksasa yang megah, Yugoslavia. Aku mengenal Serbia sekitar tahun 2010 saat tanpa sengaja aku bertemu dengan gadis hebatnya. Namanya Lejla Hamzić dan aku hanya mengenalnya melalui media sosial. Kami bertukar cerita, mimpi, dan keluarga. Sejak saat itu aku selalu berkata kepadanya bahwa suatu saat aku ingin bertemu dengannya dan melihat Serbia, terutama kampung halamannya, Novi Pazar. Saat aku berkata begitu lidahku enteng saja. Toh anak SMP bebas mau mimpi semaunya. Tapi, aku selalu menyangsikan mimpi tersebut karena tidak akan mungkin terwujud. Jarang sekali ada keterkaitan antara Indonesia dan Serbia. Mungkin bila tidak kenal Lejla, aku tidak akan pernah tahu dan tertarik tentang Serbia.

Hingga akhir tahun 2015.

Aku berkesempatan memilih negara tujuan untuk program pertukaran pelajar sebagai relawan. Bayangkan itu. Aku bebas memilih. Pikiranku langsung menuju Serbia. Aku ingin bertemu Lejla. Kenapa, sih penting sekali? Memang siapa Lejla sampai diprioritaskan. Begini, bertemu Lejla adalah salah satu mimpi besarku kala itu. Dan aku hidup untuk membuat mimpi-mimpiku jadi nyata. Oh ya, aku mendaftar Maroko juga. Tapi mungkin Allah memang sudah menakdirkan bahwa aku akan bertemu sahabatku di 2016. Akhirnya aku diterima menjadi relawan di sebuah proyek pendidikan di Belgrade, ibukota Serbia. Menyesal? Tidak sama sekali. Malah sekarang Belgrade menjadi salah satu yang sangat aku rindukan.

Tidak banyak yang aku ketahui tentang Serbia selain dari cerita-cerita Lejla. Hingga saat aku pertama kali menghirup udara Belgrade setelah belasan jam penerbangan melelahkan dari Jakarta. Aku merasa benar-benar berada di tempat yang asing. Dan aku senang sekali. Aku dijemput oleh Sara, EP Buddy ku, yang terkejut saat tahu umurku baru18 tahun. “18? And you’re not afraid going abroad thousand miles just by yourself?” Oh percayalah Sara, aku takut. Aku menangis satu hari sebelum berangkat karena tidak yakin aku berani. Tapi Allah memang Maha Baik. Ia memberikanku teman seperjalanan sampai transit di Paris. Perjalanan Paris-Belgrade baru aku benar-benar sendirian. Makasih, Kak. Sukses master degreenya di UK :)

our small house
Skender Begova street. Jadi rumahnya itu masuk ke gang sebelah mobil merah itu.
Segera setelahnya Sara membawaku ke rumah yang sudah mereka sewa untuk ditempati oleh semua peserta pertukaran pelajar tersebut. Hari itu aku bertemu dua orang Turki. Arda dan Özlem. Rumah dua lantai tersebut mungil dan cantik. Kamarnya ada 3 dengan 2 kamar mandi dan dapur. Aku masih ingat sekali betapa dinginnya rumah itu saat pertama kali kami masuk. “Sudah lama kosong,” kata Ana, VP iGCDP. Rumah tersebut terletak di jalan Skender Begova yang berada kawasan Dorćol, hanya sepuluh menit berjalan kaki dari Trg Republike. Sangat strategis dan lingkungannya sangat menyenangkan untuk ditinggali. Dekat sekali dengan Skadarlija, restoran tradisional kuno yang selalu menjadi tujuan wisata di Belgrade.

My first night there was a nightmare.

Internet di hapeku nggak mau jalan. Koperku masih nyangkut di Paris. Aku lagi dapet. Ditinggal sendirian di rumah sama Arda & Özlem yang nggak  tahu pergi kemana sama teman-teman mereka masing-masing. Dan yang paling parah,  heaternya nggak panas sama sekali. Winter night in Eastern Europe without heater. Rasain sendiri, deh... Setiap beberapa jam sekali aku ke dapur, menaruh tangan dan muka di atas kompor. Saking dinginnya. Bolak-balik sms Ana & Sara, dan mereka ngotot kalau tidak ada masalah dengan heater nya. Malam itu aku hanya smsan sama Lejla dan Dzenana, kakaknya Lejla yang kuliah di Belgrade. Berkali-kali di-astaghfirullah-in Lejla karena katanya kasihan. Sambil mewek karena sedih kok ikut exchange begini amat.

Keesokan harinya semua sudah agak mendingan. Pagi-pagi aku ketuk kamar Özlem minta pembalut sambil mengajaknya beli roti. Tapi Özlem tidak berminat. Nggak tahu semalam pulang jam berapa. Akhirnya aku berjalan ke convinient store dekat rumah sendirian. Sebenarnya ada Pekara (toko roti) dekat rumah, tapi aku nggak tahu kenapa aku nggak kesana pagi itu. Di  shop&go aku beli air mineral, roti, cokelat, dan teh. Diliatin gerombolan anak sekolah dan ditatap tajam ibu kasirnya. Mungkin kaget lihat orang Asia. Jilbaban lagi. Tapi setelah sering kesana ibu kasirnya jadi ramah sekali terhadapku dan teman-teman yang kalau belanja berisik.

Siangnya, 5 orang exchange participants dari Tunisia dan Ukraina datang! Alhamdulillah nambah isi rumahnya. Ada Khouloud, Aymen, Haroun, Racha, dan Natalia. Tapi Racha nggak tinggal di Skender Begova. Dia akan tinggal di  apartemen di Ustanička, stasiun terakhir trem no 2 kalau dari Dorćol. Jauh. Aku pernah kesana satu kali. Lebih enak di Skender Begova, hehe. Di rumah Ustanička selain Racha ada Ugur, Hakan, Mey dan Ninel. Sementara itu, rumah Skender Begova ketambahan Zeynep, Alex, dan Valeri yang datang agak telat.

Berkali-kali aku telepon pihak maskapai karena koperku belum juga diantar, hingga di hari ketiga akhirnya sampai juga. Internetku juga akhirnya mau jalan. Dibantu Lejla suruh pencet ini-itu karena aku tidak mengerti bahasa Serbia, setelah sebelumnya menghabiskan pulsa menghubungi customer service yang tidak pernah menjawab. Bersyukur alhamdulillah Lejla baik sekali, tidak seperti orang Serbia lain yang menyerah begitu saja.“Nggak ngerti aku, Athaya.” “Maaf ya, nggak tahu.” Ya sudahlah.


Mengajar -  Pertama Kali jadi Guru
Beberapa hari setelahnya aku diantar Staša ke sekolah yang akan menjadi tempat kerjaku enam minggu ke depan. Hari itu hujan gerimis, dan kami bertemu di depan National Theater, lalu berjalan ke Zeleni Venac, terminal besar tempat banyak bus berhenti. Staša bilang kami harus naik bus 52 menuju Zarkovo. Perjalanan ke Zarkovo 40 menit, dan Zarkovo ini terletak di pinggiran kota Belgrade. Kami turun di halte Zarkovo Spomenik, di belakang sebuah supermarket besar. Sekolah itu bernama Osnovna škola Ljuba Nenadović. Sebenarnya awalnya aku akan mengajar bahasa Jerman dasar di Osnovna škola Vuk Karadžić di daerah Železnik sekitar 50 menitan naik bus 511 dari stasiun utama Belgrade, tempat Natalia mengajar. Namun sekolah tersebut tidak jadi mau menerimaku karena aku bukan orang asli Jerman. Akhirnya mereka mencari sekolah baru, dan jadilah aku mengajar di Oš Ljuba Nenadović, sekolah paling baik sedunia <3

Hari pertama kesana aku dan Staša bertemu kepala sekolahnya untuk membicarakan jadwal dan materi mengajar. Ibunya kurang bisa bahasa Inggris, jadilah Staša translator diatara kami berdua. Ia berkata bahwa lebih enak naik bus 37 karena bus 37 lebih sering ada dan lewat Dorćol, jadi aku nggak perlu jalan lumayan jauh ke Zeleni Venac. Lalu aku juga bertemu guru bahasa Inggris, Mrs. Natasha yang sumpah mirip sekali dengan Ana Kendrick. Baik banget lagi. Mereka bilang akan menyediakan makan siang setiap aku mengajar, dan makanannya selalu enak. Lengkap sampai dessert, dan porsinya selalu banyak. Kalau aku nggak habis selalu dibungkus dan disuruh bawa pulang! Alhamdulillah. Teman-temanku yang mengajar di sekolah lain nggak ada yang dikasih makan kayak aku, hehe.

Hari pertama mengajar.

Aku gugup setengah mati. Masalahnya dari Indonesia sudah mempersiapkan segala hal lucu dan imut karena perkiraanku aku akan ngajar anak umur 6-8 tahunan. Ternyata aku dapat murid kelas 8, yang umurnya 14 tahun. Umur-umur susah diajak kompromi. Kalau aku aneh bakal jadi gosip karena umur segitu udah pintar ngomongin orang, kan? Tapi ternyata aku salah. Mereka baik sekali. Cerewet tanya ini itu. Bahkan di pertemuan kedua mereka ngasih aku permen, karena hari sebelumnya aku bawa ting-ting kacang. 
This is Serbian candy and we want you to try this. Please try and tell us what you think.” :”) Itu pertama kalinya aku terharu karena ada yang baik sama aku. Aku juga dikasih satu jar besar selai plum sama Anja. Katanya ini buah khas Serbia, dan selai ini dibuat sendiri sama neneknya. Selainya enak sekali. Aku makan roti tiap pagi sama selainya. Hvala, Anja! Di hari terakhir ngajar aku bahkan dikasih satu goodie bag yang isinya dua bungkus Smoki besar, satu kotak Plazma čoko,  Najlepše želje isi cookies, karena mereka tahu aku suka sekali semuanya:”) dan juga... frame foto berisi fotoku bersama mereka yang di bagian belakangnya mereka tanda tangani dan mereka tulis “kami akan merindukanmu”.  Ya, pakai bahasa Indonesia. 

Mereka memelukku erat sekali hari itu. “Jangan lupakan aku, Athaya.” “Kalau kamu ke Belgrade lagi, cari aku ya.” “Athaya kalau ke Belgrade nginep rumah aku aja!” “We will miss you, Athaya.” Sedih :”) Nedostajes mi, guys!

Aku juga diberi hadiah oleh sekolah. Berupa buku karangan Ivo Andrić, penulis Serbia yang pernah meraih hadiah nobel. Judulnya Signs by the Roadside, yang kata Mrs. Natasha cocok untukku.
Mrs. Natasha juga memelukku erat sekali sore itu. Beliau nangis :”) Aku berkali-kali meyakinkannya untuk tidak sedih karena bukan tidak mungkin kami akan bertemu kembali. “Take care, Athaya. Thank you.” Oh, mrs. Natasha, aku yang seharusnya berterima kasih:”))
hadiah dari sekolah:3
Beberapa kali aku ikut Zeynep mengajar di sekolahnya, Oš Marija Bursać di daerah Zvezdara. Murid Zeynep ada 6, dan karena aku sudah bertemu mereka lebih dari 3 kali, aku jadi akrab sekali dengan mereka. Mereka ngajarin aku permainan seru, night in Palermo yang mirip sama permainan werewolf yang hits itu. Salah satu murid Zeynep, Luka, pintar bermain biola dan bahkan aku pernah datang ke konsernya Luka! That was an amazing experience. Aku juga pernah ikut Natalia ngajar, and it was amazing too. Sekarang aku agak menyesal, sih. Kenapa aku nggak pernah ikut anak-anak yang kerjanya di panti asuhan berkebutuhan khusus... jadi kemarin itu ada 2 proyek, Enter Your Future, yaitu ngajar, dan Social Care. Dan aku sekarang nyesel kenapa nggak pernah ikut anak Social Care kerja:”)

Banyak sekali yang aku dapatkan selama ngajar. Aku nggak ngajar, sih. Mungkin lebih tepatnya sharing. Tentang Indonesia, mimpi, dan hal-hal remaja lainnya. Dari mereka aku banyak mendapat ilmu baru. Sejarah Yugoslavia, bagaimana perang dunia berpengaruh terhadap Serbia, penjajahan Turki Usmani, bahasa Serbia, dan kebanyakan makanan.


Makanan Serbia

Aku penggemar berat Kolači, kue-kue manis khas Serbia. Seriusan. Nggak ada Kolači yang nggak enak. Favoritku Bajadera dan Čupavci. Baklava juga, tapi itu kue Turki, sih. Karena tahu aku suka sekali Kolači, di hari terakhir aku mau pulang Sara bikinin aku Kolači :”) dan orang rumah cuma aku bolehin nyicip satu orang satu suap karena secinta itu aku sama Kolači.
Kolači. source: slatki-zalogaj.hr

Selain Kolači, aku juga cinta banget sama Palačinke (pancake). Di Serbia, pancake itu bentukannya lebih mirip crepes basah gitu, bukan pancake a la Amerika. Aku paling suka yang isi nutella, plazma, dan višnja. Plazma itu biskuit Serbia (kalau yang untuk isi pancake ada yang bentuknya bubuk gitu, Plazma Mlevna. Plazma mlevna ini juga enak banget dimakan pake susu dingin dan nesquik serius ya Allah itu enak banget:”)), kalo višnja itu cherry. Di Belgrade ada tempat makan Palačinke paling terkenal, namanya aku lupa pokoknya di belakang National Theater gitu, tapi aku kurang suka. Aku lebih cinta sama Palačinke nya Roll Bar. Harganya cuma 180dinar atau sekitar 22.000rupiah untuk yang isi nutella, plazma, dan višnja/banana.
 
Pancake-nya RollBar <3<3<3
Makanan tradisional Serbia yang aku suka lainnya adalah Ćevapi. Ćevapi mirip sekali dengan Pljeskavića, hanya beda bentuk saja. Namun aku lebih suka Ćevapi, hehe. Waktu ke Jerman tahun 2015, aku cinta sekali dengan yang namanya Döner, kebab khas Turki. Di Serbia Döner namanya Gyros, yang katanya berasal dari Yunani. Baru tahu, kan, banyak keterkaitan antara Turki dan Serbia, juga Yunani, dan negara-negara pecahan Yugoslavia lainnya? Aku juga baru tahu banyak dari murid-muridku di sekolah :)



Lejla Hamzic dan Novi Pazar
Di awal-awal cerita aku sudah banyak cerita tentang Lejla, tapi belum cerita gimana detailnya waktu aku ketemu Lejla. Di minggu pertama aku di Belgrade, aku ketemu Dzenana terlebih dahulu karena kan Dzenana kuliah di Belgrade. Kami janjian jam 9 pagi ketemu di patung kuda Trg Republike. Dzenana peluk aku berkali-kali sambil bilang “I can’t believe you’re here. Oh my God, Atha.” Aku senang sekali. Setelah bertahun-tahun hanya lihat Dzenana dari foto. Kami keliling Kalemegdan karena aku belum pernah kesana. Lalu Dzenana mengantarku lihat masjid yang hanya satu-satunya di Belgrade. Masjidnya kuno tapi bagus sekali. Setelah itu kami makan siang dan berpisah karena Dzenana masih ada urusan yang harus diselesaikan.

Di sekitar minggu ketiga, aku ada libur kerja dan memutuskan untuk ke Novi Pazar selama 3 hari sewaktu weekend agar tidak mengganggu sekolah Lejla. Novi Pazar ditempuh selama 6 jam naik bus. Aku ingat saat itu diantar Sara ke terminal untuk beli tiket. Harga tiket Belgrade-Novi Pazar adalah 1300dinar atau sekitar 155.000rupiah. Aku naik bus hari Jumat jam 08.00 pagi. Jam setengah 7 pagi aku sudah keluar rumah, beli roti di Pekara dekat rumah dan berjalan ke terminal utama Belgrade. Kalau tidak salah ingat, sekitar 20menitan jalan kaki. Tinggal di luar negeri memang bikin doyan jalan, ya. Kalau di Indonesia sih masukin laundry atau ke indomaret aja naik motor haha:”)

Saat itu aku agak was-was juga karena benar-benar sendirian, dan isi busnya kebanyakan orang tua dan mereka nggak ngerti bahasa Inggris. Yaudah Bismillah aja. Lejla berkali-kali bilang jangan turun kalau busnya berhenti karena ternyata bus berhenti di setiap kota yang dilewati, dan Novi Pazar adalah pemberhentian terakhir. Sekitar jam 2 siang bus memasuki Novi Pazar dan aku senang setengah mati! Lejla bilang sudah di terminal bersama Dzemila, adiknya, dan Dina tetangganya yang aku kenal juga.

Sewaktu aku turun bus, aku memang lihat Lejla, tapi dia nggak lihat aku. Aku berjalan ke arahnya dan berkata “Hai!” Ia menoleh dan langsung memelukku erat sekali. Lejla sampai nangis... Dia lembut banget, sih orangnya. “Alhamdulillah you’re here. I can’t believe you’re here... finally...” Ya, after 6 years of praying and wondering we finally met for the first time.
<3

February 5th 2016, Novi Pazar, Serbia.

Sampai rumah aku disambut hangat oleh mamanya Lejla, dan aku juga dimasakin Mantije, yang enak sekali! Setelahnya aku dan Lejla hanya cerita-cerita saja, sambil melihat surat-surat yang kami tulis dari SMP. Ya, kami beneran surat-suratan lewat pos biar lucu hahaha.


Tiga hari itu aku benar-benar serasa seperti berada di rumah. Tante, Om, sepupu-sepupu Lejla bergantian berdatangan dan mereka semua kenal aku dan aku juga kenal beberapa diantaranya. Kami bercanda, bercerita, dan bertukar hadiah. Senang sekali berada di rumah saat jauh dari rumah. Alhamdulillah.

Aku juga senang sekali saat akhirnya mendengar adzan di Serbia setelah kurang lebih 3 minggu tanpa adzan di Belgrade. Aku juga shalat jamaah bareng Lejla terus di rumah dan pernah satu kali di masjid setelah sekitar 3 minggu shalat sendirian melulu di Belgrade. Mungkin hal ini terdengar konyol sekali. Tapi aku senang sekali saat tahu bahwa cara ibadahku sama persis dengan mereka. Yaiyalah sama, Tha. Wong sama-sama muslim, kok. Tapi beneran it feels soooooo amazing. Aku nggak bayangin gimana rasanya shalat bareng ras seluruh dunia di Mekkah. Pasti lebih amazing...

Aku pulang hari Minggu sore. Sore itu mamanya Lejla bercanda mulu “Udah, Atha tinggal disini aja biar Lejla yang pulang ke Indonesia. Tukeran.” Haha. Ya Allah semoga suatu saat Ibu bisa ketemu sama mamanya Lejla. Aamiin. Lejla nangis lagi di terminal, dan aku bilang “It’s okay. We can meet again someday. Really. We will.” Dan yang bikin nyes adalah dia bilang “If we won’t, I hope we will meet again in Jannah.” Ya Allah.......

I am so grateful I got a friend like her. No, it’s more like sister. Now I just don’t miss her, I miss the entire family there:”)

 
Novi Pazar city center, and Dzemila <3
My International Family

<3
Tinggal satu rumah selama 6 minggu mau nggak mau membuatku dekat sekali dengan teman-teman satu rumahku. Hampir setiap malam kami berkumpul di meja makan, cerita-cerita sambil makan Smoki. Sering nyanyi lagu Turki diiringi gitarnya Arda, lagu kesukaan kami semua itu Istanbul’da son bahar. Tapi aku paling suka Hayalet Sevgilim, soalnya reff nya ada ‘bebegim, bebegim’ nya hehehe. Jadi, ternyata bahasa Turkinya baby adalah bebek... dan ada biskuit bayi enak sekali namanya Cici Bebe (baca: jiji bebe) yang artinya cute baby. Arda sama Zeynep ngakak sewaktu aku kasih tahu apa artinya Jijik dan Bebek dalam bahasa Indonesia.
Cici bebe:3
 Oh ya, orang satu rumah tergila-gila sama Indomie goreng hahaha. Jadi ceritanya waktu itu aku nemu Indomie goreng sewaktu belanja di supermarket. Yaudah aku beli. Sampai rumah aku masak, terus aku suruh mereka cicip. “Oh my God what is it? Why I never eat this kind of food. It’s so fckin good, Athaya!!!!” Mereka bahkan lebih heboh sewaktu Indomie gorengnya aku dadar pake telor dibikin omellette mie. Aku sering sekali disuruh masakin omellette. Iya, secinta itu mereka sama omellette Indomie goreng.
 
Our dinner one day
Aku bersyukur aku kenal mereka. Walau kadang kelakuannya aneh-aneh bikin sakit kepala, tapi aku tetap sayang. Aku juga merasa paling dilindungi karena aku paling kecil disana! :P Aku punya 9 kakak di rumah, how amazing is that?  Mereka manggil aku ‘sunshine’ hahahahaha sampai semua orang ikut-ikut manggil begitu. I don’t mind tho;)
 
Arda's birthday surprise
Oh how I miss you, kakak-kakak :(


Bedanya sama Winterkurs Goethe yang aku ikuti tahun 2015, exchange ini pulangnya nggak barengan. Jadi sedihnya berkali-kali dan aku benci sekali bilang goodbyes. Özlem pulang pertama kali, lalu disusul Natalia yang bikin aku sedih seharian dan nangis di kamar mandi. Lalu Arda tiba-tiba pulang padahal sebelumnya bilang pulangnya lebih lama. Dan aku.

Aku pulang tanggal 20 Februari. Pesawatku jam 06.20 pagi. Gila, nggak sih? Aku harus naik bus pertama jam 04.00. Malamnya aku dilarang Zeynep tidur, dan jam 01.00 aku disuruh masakin omellette buat Zeynep dan Aymen. Setelah itu aku ganti-ganti baju dan siap-siap. Sekitar jam 03.15 aku dianter Aymen, Zeynep, dan Khouloud jalan ke Zeleni Venac dan menunggu bus pertama yang jam 04.00. Bus yang paling aku tidak suka. Bus nomor 72 jurusan Zeleni Venac Aerodom Nikola Tesla. Akhirnya jam 04.00 datang. Aku sempat chatting sama Tayla (teman wintercourseku dari New Zealand) kalau aku sedih sudah mau pulang terus dia bilang “Lucu ya, ingat nggak bulan lalu kamu nangis takut bakal gimana-gimana. Sekarang malah sedih.” IYA BANGET!!:”) BTW TAYLA AKU JUGA KANGEN BANGET SAMA KAMU :( :(

Yaudah itu aku benar-benar sendirian dari jam 04.00 pagi ke bandara, sampai sana sekitar jam 5. Gara-gara semaleman nggak dibolehin tidur sama Zeynep, aku kayak passed out gitu selama penerbangan Belgrade-Paris sampai nggak dapat sarapan huhu pramugarinya nggak bangunin aku :( Aku di bandara Paris 11 jam. Iya. 11 jam. Pesawat ke Jakarta baru jam 8 malam padahal aku landing di Paris itu jam 9 pagi. Sayangnya aku nggak punya visa schengen jadinya nggak bisa keluar bandara buat lihat Eiffel sedih ya. Semoga kapan-kapan bisa lihat Paris beneran :) aamiin. 
But another dream came true at the airport.


Sudah dari lama sekali aku penasaran gimana rasanya macarons paling enak sedunia, Ladurée. Alhamdulillah sudah kesampaian :) Setelahnya aku terbang nonstop Paris-Singapura. Transit satu jam di Singapura lalu landing Jakarta sekitar maghrib. Langsung pesawat ke Jogja habis isya. Sampai kos jam 10 malam. Capek dan jet lag dan besoknya pretest anatomi pertama :)) jadinya? Ya inhal hehehe.


 ***

The point is, this whole journey was long enough to change myself into a better human. Now differences such as skin colors, races, languages, habits, or personalities don’t matter to me anymore. I can blend into any kind of situations or communities if I want to. But sadly it wasn’t long enough because I still am craving for it. Now I can’t wait to be involved in a bigger oppurtinities, bigger projects, bigger dreams.

Now I am more sure that dreams do come true. I’ll put it in bold. YES. Dreams do come true. But only if you want to make them to. That’s what happened with me :)

So, I hope this passage sums up my wonderful experience. I will edit this post later if I think I need to. If you’re curious or interested you can contact me through my personal Line messenger or my email athanadhira@gmail.com . or if you don’t want me to know who you are, you can also ask me with anonymous question on my ask.fm @athayanadhira.


Keep dreaming because that's what makes you feel alive.
Love, Atha.