2013 - atha's scrapbook

December 21, 2013

how do you wanna be treated?

Saturday, December 21, 2013 0
how do you wanna be treated?
You know what it feels like to have someone stabs you from behind? I know I'm not that innocent or kind or cute, but somehow, it hurts. It hurts knowing you feel youre better than someone when actually you do not.

Does it hurts holding tight a ball of needles?
You always think youre clever enough to make the pain goes away.
And it hurts even more knowing youre not clever enough.

How does it feel to have someone to talk to?
You always feel youre kind enough to make people likes you.
And they hate you even more knowing youre not kind enough.

People said treat people like how you want to be treated.
But as I grown up, I found that phrase is kind of bullshit.
You know what?
You treat people nicely, wishing they would nicely treat you back.
Youre giving so much in a relationship but did you get the cashback?
No?
Now you agree.

Society treats you differently.
So you should treat people depends on how they treat the others.
My advice, if you feel youre too kind, or its really hard for you to say no,
be ready to get hurt.
A lot.

November 16, 2013

Lost in France. Lost in you.

Saturday, November 16, 2013 0
Lost in France. Lost in you.
Charles de Gaulle, 19 November 2017.

Delina melengos lelah, jarum jam ditangannya menunjukkan pukul delapan malam. Sadarlah ia jam ditangannya masih menunjukkan waktu Indonesia bagian barat. Kalau ia tidak salah hitung, harusnya sekarang masih pukul 2 siang.

Delina menggendong ranselnya dengan pasrah. Tubuhnya terlalu lelah untuk merengek. Ia sudah terbang sejauh sebelas ribu lima ratus delapan puluh kilometer. Walaupun lelah, senyumnya masih terkembang. Sekarang kakinya telah resmi menginjak lantai bandara Charles de Gaulle. Dan dia tidak bisa lebih bahagia dari ini.

Hall kedatangan bandara seharusnya menjadi tempat paling membahagiakan di semua bandara. Ia menengok ke sekelilingnya, melihat seorang ibu sedang menggendong bayinya yang sedang merengek. Wajah si ibu bule tadi terlihat letih, pertanda habis melakukan perjalanan panjang sepertinya. Namun raut wajahnya berubah tatkala ia mencapai pintu dan melihat sesosok lelaki berdiri menunggunya disana. Membawa setangkai mawar merah yang masih segar, dan sebuah senyuman hangat. Delina berani bertaruh lelah si ibu tadi akan sekejap hilang.

Sementara dirinya? Ia sendiri. Ya, memang awalnya itulah yang ingin dilakukannya dengan pergi ke benua biru ini. Menyendiri. Setelah melewati pemeriksaan pasport oleh petugas keamanan bandara, Delina segera mengantri di depan conveyor belt, menunggu koper ungu kesayangannya tiba. Setelah melihat kopernya, tanpa basa-basi ia langsung menarik koper besarnya. Dan cerobohnya, koper itu mengenai lengan atas seorang bapak.

"I am sorry, sir. I didn't mean it."

Namun bapak tadi hanya memandangnya tajam. Tanpa membalas permintaan maaf Delina. Delina tidak peduli. Ia ingin segera tiba di Paris. Ia segera berjalan, tersenyum sekilas ke arah tulisan Bienvenue en France yang menyadarkannya bahwa ia sekarang sudah di Perancis! Delina mengikuti tanda RER B, Paris par train, yang tertulis besar-besar di pintu keluar.

Sampai di depan mesin tiket otomatis yang berwarna hijau, Delina kebingungan setengah mati. Mesin itu hanya mau menerima uang koin, sementara uang yang ia punya hanya berupa lembaran kertas. Ia celingak-celinguk. Lalu dengan nekat menghampiri seorang bule. Nampaknya masih seusianya.

"Excusez-moi, parlez-vous anglais?" Delina mencoba mempraktekkan bahasa Perancisnya yang dianggapnya masih abal-abal. Lelaki tadi menoleh, menyemburkan rasa lega di hati Delina karena ternyata laki-laki tadi mengerti.

"Oui. Can I help you?"

Delina nyengir kuda, "I don't know what to do. That ticket machine just wants coins. But I don't have any. Is there any place to change the money I have with Euro coins?"

Laki-laki itu menatapnya datar, dan menunjuk sebuah mesin tak jauh dari tempat mereka berdiri. Sebuah mesin penukar uang.

"Oh, hehehe. I didn't see that one. Thank you very much!!"

Delina segera memasukkan selembar uang 10 Euro nya ke dalam mesin, dan tak berapa lama muncullah keping-keping koin Euro yang segera dipungutnya. Delina lalu membeli tiket seharga 9,5 Euro itu, kembali ke mesin hijau tadi. Setelah mendapatkan tiketnya ia segera bergegas menuju peron.

***
Paris, 19 November 2017.

Angin November yang berhembus di kota Paris jauh lebih dingin dibanding yang Delina kira. Ia segera merapatkan syal merah mudanya. Setelah check in di sebuah hotel dekat Gare de Lyon, ia segera keluar. Tak mau menghabiskan sore hanya duduk berdiam di dalam kamar. Senja di The City of Lights terlalu sayang untuk dihabiskan dengan hanya berleyeh-leyeh.

Jarak dari hotelnya ke Eiffel tower hanya 4 kilometer, dan Delina memutuskan untuk berjalan kaki saja. Lagipula siapa yang mau melewati sunset dari puncak menara Eiffel, kan?

Delina ikut mengantri bersama beberapa turis untuk dapat naik elevator menuju puncak menara Eiffel. Sekarang bukan musim liburan, jadi antrian tidak terlalu panjang.

Setelah berhasil naik ke puncak, hatinya merasa aneh. Matahari senja yang berwarna jingga keemasan itu mulai merangkak turun. Ribuan lampu dibawahnya seolah dinyalakan secara bersamaan. Membentuk cahaya-cahaya yang menerangi malam. The City of Lights. Delina tak paham mengapa justru pada saat sekarang hatinya merasa sakit. Harusnya ia sekarang bahagia. Mungkin memang tidak akan ada manusia yang paham tentang urusan hati. Tentang perasaan, dan rasa sakit.

"Udah tiga tahun, Ji..."

***
Jakarta, 7 Januari 2014.

Tulisan besar-besar di papan tulis kelas itu menghujam kepalanya. Serentet tugas dan ulangan minggu itu memenuhi benaknya. Akhir pekannya akan terasa pekat dan pahit, seperti rasa kopi kesukaan Bapak. Fisik dan batinnya sudah terlalu lelah. Tulisan 'Kira-kira H-3 bulan UAN, semangat teman-teman :*' memenuhi papan tulis lainnya, yang mau tidak mau memberikan sedikit semangat bagi penghuni kelas itu.

Delina memandangi teman-teman seperjuangannya. Orang-orang yang akan menjadi orang-orang yang akan sangat dirindukannya ketika ia melangkah keluar, dan melepas seragam putih abu-abu yang selama tiga tahun menjadi identitasnya.

Dan sosok itu tertangkap oleh retina matanya. Duduk di barisan keempat dari depan. Asyik menekuni gitar usangnya. Memetik lagu kesukaannya, dan mungkin kesukaan orang tuanya. Lagu jadul. Delina tidak mengetahui isinya, dia memang bukan pecinta lagu-lagu jadul. Ia hanya pernah mendengarkan lagu itu ketika berada di dalam bus malam jurusan Jakarta-Jogja. Lebih dari itu, ia tidak tahu lagi. Ia tidak terlalu suka bus. Ia lebih memilih kereta. Ia selalu suka warna hijau pada tiang-tiang penyangga stasiun Gambir, dan selalu ingin tahu bagaiman rupa stasiun Gare de Lyon di benua biru sana.

Gadis itu menoleh lagi. Sudah beberapa bulan belakangan laki-laki yang memetik gitar usang itu menyita pikirannya. Lebih dari pada itu, mengacaukan jam tidur malamnya. Delina mendengus sebal, kapan laki-laki mau mengerti? Hah.

Manusia penuh hormon testosteron. Selalu mengedepankan logika. Dan menyingkirkan segala sesuatu yang berhubungan dengan hati. Mereka yang tidak pernah bisa paham cara kerja otak wanita. Cara kerja hati yang selalu mengedepankan perasaan untuk menyelesaikan masalah. Cara kerja pikiran yang selalu membentuk presepsi-presepsi aneh yang bahkan tidak nyata. Dan berujung kepada kepatah-hati-an.

Mungkin semua wanita menderita erotomania.

Tak terkecuali Delina. Berbulan-bulan otaknya meyakini hatinya bahwa perasaannya hanya bualan. Khayalan alam bawah sadarnya. Namun hatinya menolak mengakui. Perasaanya kembali menang. Selalu menang.

Sampai pada suatu ketika ia dihadapkan pada sebuah kenyataan mengejutkan, dan menyedihkan.

Dan mulai hari itu ia berjanji tidak akan membuat presepsi yang aneh-aneh lagi. Ia berjanji untuk berhenti mengidap erotomania.

***
Jakarta, 24 Mei 2014. 07.00 WIB.

Hari ini pengumuman hasil UAN. Seluruh pelajar SMA sederajat kelas 3 se-Indonesia pasti gelisah.Hari itu Delina dan seluruh teman seangkatannya berdiri di lapangan basket. Harap-harap cemas, menunggu orang tua mereka yang telah berada di kelas-kelas.

07.15.
Speaker sekolah berbunyi gemerisik yang langsung menimbulkan efek. Kerumunan putih abu-abu yang ribut sekali tadi itu mendadak diam.

"SELAMAT UNTUK SELU..." pengumuman itu belum selesai, namun kerumunan tadi mendadak histeris. Banyak yang menangis, berpelukan satu sama lain, dan bersujud mengucap syukur.

Cat-cat semprot dikeluarkan dan dalam hitungan menit, seragam putih mereka berubah menjadi warna-warni. Spidol-spidol permanen diedarkan. Bergantian mereka menandatangani baju temannya. Sambil tertawa dan berpesan untuk jangan saling melupakan.

Delina sedang membereskan barangnya dan mengenakan cardigannya saat ia mendengar langkah kaki mendekat. Koji, panggilan sayang teman seangkatan untuknya itu telah menjadi nama keduanya. Laki-laki yang bermain gitar usang. Laki-laki yang bernyanyi lagu-lagu jadul.

"Ada apa, Ji? Baju lo udah gue tanda tangani kan?"

Koji terlihat salah tingkah, ia mencoba terkekeh namun Delina tetap terdiam. Suasana kali itu terasa janggal. Delina sudah berjanji tidak akan terkena erotomania lagi. Jadi ia menganggap obrolan ini bukanlah apa-apa.

Koji mengangsurkan sebuah amplop yang diyakini Delina merupakan sebuah amplop. "Ini, Lin. Gue cuma mau ngasih ini. Maaf gue pengecut. Selamat udah lulus. Jangan lupa sama gue ya ntar." Koji tersenyum hambar.

"Makasih, Ji. Lo kali yang bakal lupa sama gue."

Dan Koji berlalu pergi tanpa pernah berkata apa-apa lagi. Delina menatap amplop biru digenggamannya yang perlahan mulai basah akibat tetes-tetes bening dari pelupuk matanya.

Dear Delina...

***

Tepi Sungai Seine, Paris, 19 November 2017.

Delina memandangi aliran air di hadapannya yang gelap, kehilangan cahaya yang kalah beradu dengan pekatnya malam. Aliran air yang hanya beberapa kali terlihat kilaunya saat sebuah kapal dengan dek terbuka yang mengangkut turis lewat. Lampunya dengan kejam membelah kelamnya sungai Seine malam hari. Klaksonnya terdengar angkuh, kontras dengan tenangnya aliran sungai Seine pada malam hari.

Matanya menyipit, menatap tajam sebuah kapal ber-dek terbuka yang sedang melintas. Terdengar kerumunan turis-turis yang berseru-seru gembira. Berbagai bahasa berbeda yang tidak dimengertinya tertangkap oleh telinganya.

Delina tertawa dalam hati. Melakukan sight-seeing sungai Seine pada malam hari di bulan November? Konyol. Namun sebuah kenyataan menampar perasaannya. Setidaknya para turis yang berseru kedinginan itu bahagia.

Angin November yang membawa gigil itu kembali berhembus. Membuat Delina bergidik, bulu kuduknya meremang. Sudah semakin malam. Delina berusaha menghangatkan dirinya sendiri. Memeluk erat kedua humerus nya, atau beberapa kali memasukkan kedua telapak tangannya kedalam kantung mantelnya yang hangat. Gerakan tangannya berhenti saat ujung jari manis kirinya menyentuh sebuah benda tipis bertekstur. Segera Delina mengeluarkannya.

Surat dari Koji...

Delina memandangi amplop biru itu selama beberapa saat. Membiarkan dirinya ikut terbawa arus nostalgia yang sedang dilakukan otaknya. Delina menutup matanya, merasakan angin November itu kembali berhembus, masuk melalui sela-sela benang wol syalnya. Namun sensasi itu diabaikannya. Kenangan masa lalu lebih menyenangkan untuk dirasakan.

Setelah detik ke empat belas, Delina membuka matanya. Dan tersenyum sedih.
"Lo bohong, Ji. Sekarang sembilan belas november, sekarang tepi sungai Seine, sekarang jam tujuh malam. Tapi nggak ada apa-apa."

Setelah jarum pendek pada arlojinya menunjuk ke angka 8, Delina bergegas pergi meninggalkan ketentraman sungai Seine. Mampir di sebuah cafe teras untuk membeli satu cup kopi panas, dan croissant keju, temannya untuk perjalanan pulang.

Delina memutuskan untuk mampir ke Eiffel tower lagi, ingin merasakan malam di taman yang mengelilingi Eiffel sambil minum kopi dan makan croissant. Eiffel di malam hari jauh lebih menakjubkan dibanding ketika siang hari. Lampu-lampu yang menempel pada badannya sudah dinyalakan. Dan hal itu menarik minat wisatawan lebih banyak lagi. Seolah Eiffel tower tidak pernah sepi.

Meluruskan lutut setelah berjalan seharian memang menyenangkan. Delina berbaring diatas rumput dan menutup matanya, merasakan semilir angin yang dengan bahagia membelai wajahnya. Ia akan mencoba bahagia, seperti turis-turis di sungai Seine tadi.

Tiba-tiba ia merasakan ada seseorang yang duduk di sebelahnya. Delina bergegas bangkit. Dadanya berdebar. Ia takut. Katanya high-skilled professional pickpockets are here. Delina bersiap berteriak saat kemudian matanya menatap kedua bola mata kelabu itu lagi. Kedua bola mata yang terakhir dilihatnya pada 24 Mei 2014.

"Koji..." Delina menatapnya tak percaya.

"Halo, Lin. Long time no see." Ia nyengir, menampilkan deretan gigi putihnya yang rapi.

"Kata kamu sungai Seine. Kenapa Eiffel?"

"Tadi aku udah ke Seine. Lihat kamu. Tapi ternyata Eiffel malam hari jauh lebih romantis dibanding Seine yang gelap. Maaf ya..."

Delina mencoba menahan matanya yang mulai memanas. Perasaannya tak menentu. Sebal, marah, kecewa, sedih, bahagia, haru, tidak percaya, dan rindu berkumpul menjadi satu disana. Membentuk buliran-buliran bening yang meluncur turun tepat pada detik ke empat belas.

Ia tidak bisa lebih bahagia daripada ini.

***

November 6, 2013

gadis dan kaca kecil

Wednesday, November 06, 2013 0
gadis dan kaca kecil

"

Dia tertawa. Menampilkan deretan gigi putihnya yang rapi. Matanya menyipit, namun aku masih bisa melihat cahaya kesenangan keluar dari sana. Bahunya naik turun seiring dengan tawanya yang menyenangkan itu. Tawa yang mau tak mau membuatmu tersenyum juga. Walaupun lelucon tadi sama sekali tidak lucu.

Caranya berjalan dan berbicara. Caranya membuat semua orang percaya dengan kata-katanya. Caranya membuat orang lain terpingkal dengan lelucon dan tingkah konyolnya. Segala cara yang membuat setiap orang menyukainya.

Seperti bau hujan di musim kemarau.

Atau bau wangi vanilla white musk kesukaanku.

Atau bau rendang Padang di bulan Ramadhan.

Dia dengan mudah membuat semua orang menyukainya.

***

Dia terkekeh lagi. Entah apa yang membuatnya kali ini tertawa. Aku rasa hal yang tidak begitu penting lagi. Namun kali ini sudah bukan tawanya yang menarik perhatianku. Aku sudah cukup hafal dengan tawanya sekarang. Jadi mendengarkan tawanya bukan merupakan sebuah hal baru bagiku.

Dia sering sekali tertawa dan terkekeh.

Kali ini tatapannya berbeda dari biasanya. Anak perempuan itu memandang kosong ke ujung lapangan basket sekolah kami. Aku mendadak terdiam. Tidak biasanya gadis ini melamun. Biasanya ia selalu tertawa, paling tidak tersenyum. Namun kali ini berbeda. Ia sekarang sering kali melamun, memandang ke arah ujung lapangan basket itu.

Kali ini ujung lapangan itu basah.

Hujan deras mengguyur kota kami. Tidak ada seorang pun yang berniat keluar dari bangunan. Namun gadis kecil tadi tetap berlari mendekati jendela kaca di ujung lorong itu. Kembali menatap ujung lapangan itu. Walau aku yakin objek pandangannya tidak ada disana.

Karena semua orang tidak keluar saat hujan deras begini.

Aku mendekatinya. Sekilas nampak tidak ada yang berbeda darinya. Kecuali tawa yang kuakui sedikit kurindukan itu. Aku mencolek bahunya pelan. Namun tidak ada respon. Akhirnya aku memanggilnya, melantunkan namanya. Oh tidak, hanya seruan. Bukan namanya. Aku bahkan tidak tahu namanya.

Dia menoleh, memandangku dengan tatapan aneh, curiga, entah apalah. Sambil sesekali terus memandang ke arah ujung lapangan basket disana. Nampaknya ada sebuah objek yang ditunggunya. Aku melihat segerombolan hormon testosteron itu bergerak berlarian menyebrangi lapangan basket. Berusaha lari secepat-cepatnya, menghindari tetesan air dari angkasa. Aku teringat niat awalku, bermaksud hendak bertanya kemanakah perginya tawa riang dan senyuman manisnya itu, namun langsung membatalkan niatku begitu kulihat kedua matanya.

Kedua bola hitam putih itu memancarkan binar-binar indah. Benar-benar indah. Aku terkesiap selama beberapa saat. Tahulah aku sekarang, gadis ini tidak bersedih. Gadis ini tidak tampak murung sama sekali. Gadis ini hanya sedang...

jatuh cinta.

"

October 24, 2013

MOSCOWIAN♥

Thursday, October 24, 2013 0
MOSCOWIAN♥


Moscow (Misa on Science Two) adalah keluarga baru saya sekarang, insyaAllah dua tahun kedepan dan infinity yaaa~ kelas XI IPA 2 yang awalnya saya agak berat masuk kesini abisnya dari X8 cuma berdua sama penceng._. dan sekarang
You are all my new favorite people, Owi{}


me heart ya!

October 16, 2013

Gula Kapas dan Hal Bahagia Tentangmu

Wednesday, October 16, 2013 2
Gula Kapas dan Hal Bahagia Tentangmu

"
Aku memicing. Rupanya sinar matahari kala itu tidak mau kalah beradu dengan tebalnya awan putih seperti gula kapas kesukaanku. Ya, aku memang lebih suka gula kapas yang berwarna putih dibanding yang merah muda. Alasannya sih sederhana saja, gula kapas putih mengingatkanku tentang awan, dan itu membuatku bahagia.

Dudukku kala itu tidak bisa diam. Mengingat ribut-ribut suara cewek dihadapanku ini yang terus saja berbicara. Pahamlah, anak SMA. Cewek-cewek lagi.

Aku menggeser dudukku, bermaksud menghindari surya yang semakin panas saja. Tanpa bisa kucegah ternyata perbuatanku tadi menyebabkan sudut pandangku berubah beberapa derajat. Menghasilkan bayangan yang entah sejak kapan menjadi bayangan favorit retina mataku. Sosokmu yang tinggi menjulang itu termangu. Entah melamunkan apa. Aku sebetulnya hanya ingin melihatmu sekilas saja, dan kembali fokus larut dengan obrolan cewek-cewek ini. Namun otakku menolak untuk diajak bekerja sama. Belum sampai sepuluh detik aku memalingkan muka, mataku kembali mencari-cari bayanganmu.

Pandanganmu masih tidak berubah. Masih tetap saja menuju ke satu titik tapi aku yakin pikiranmu tidak kesana. Kualihkan pandanganku ke seberang timur, dan disana seluruh temanmu ribut sekali. Entah berdebat soal makanan paling enak di kantin, atau tentang gosip pasangan baru di sekolah. Tapi kau tetap diam. Tidak ikut menyeruak masuk ke dalam kerumunan penuh hormon testosteron itu. Saat salah satu dari mereka menegurmu, kau bahkan hanya tersenyum tipis dan melambaikan tangan. Tidak ada maksud untuk bergerak sedikitpun.

Padahal dulu kau tak begitu.

Sosokmu yang hangat nyaris mengalahkan hangatnya sinar matahari yang menghangatkan jari-jari beku sesudah terbalut oleh dinginnya embun pagi kota. Dan aku tidak lagi menemukan hangatmu, sekarang. Apa yang membuatmu berubah, teman?

Senyummu dan tawamu yang bahagia tidak pernah absen meramaikan lorong kelas yang sepi. Dan aku tidak lagi menemukan bahagiamu, sekarang. Ada apa, teman?

Ayo, bahagialah, teman. Sesungguhnya, alasan kita untuk bahagia tidak hanya satu. Aku tidak tahu alasanmu apa. Tapi pasti ada ratusan alasan lain yang bisa membuatmu bahagia. Dan ketika ternyata alasan-alasanmu habis kau buang satu per satu, kau masih tetap bisa bahagia, kok. Bahagia bahkan tidak membutuhkan alasan.

Bersyukur.

***
Gula kapas berwarna putih itu kumakan lambat-lambat. Aku tidak ingin manisnya cepat hilang. Aku suka saat gula kapas itu menyentuh lidahku dan mencair cepat di dalam sana. Meninggalkan manis, dan membuatku bahagia. Kan sudah kubilang, bahagia itu tergantung kita.

Aku hampir tersedak saat tanpa sengaja memasukkan gula kapas itu terlalu banyak. Rasa manis yang terlalu menyengat lidah membuatku memejamkan mata sepersekian detik. Dan saat mataku membuka, yang kutemukan adalah bayangan favorit retina mataku. Aku mengerjapkan mata berkali-kali. Dan kau tetap ada disana. Berarti bukan ilusi.

Sosokmu yang masih tinggi menjulang berdiri disana. Dikelilingi puluhan gerombolan testosteron lainnya. Aku tersenyum sekilas. Kau sudah mau beranjak dari lamunan bodohmu itu. Kau harusnya sadar, sendirian tidak akan membuatmu bahagia, tau.

Lalu aku melihatmu tertawa. Entah apa yang temanmu ucapkan. Kau mulai kembali batinku. Namun hanya sebentar. Sosok hangatmu yang seakan kembali tadi menghilang beberapa detik kemudian. Digantikan oleh image barumu yang tidak aku kenal itu. Apa sih, yang bisa membuatmu menghangat lagi? 

Aku mengambil gula kapas lagi, sambil sesekali memandangmu yang sebentar-sebentar berubah-ubah imagenya. Lalu aku tanpa sadar berteriak kecil saat tanganku ditarik oleh tangan yang aku yakin sekali milik sahabatku. "I've been looking for you, for almost thirty minutes, you know. Darimana aja, sih?" Dia mengomel dan omelannya membuatku bahagia. Setidaknya dia peduli padaku.

Aku tersenyum menyadari betapa hebatnya kau yang bisa mematri waktuku hingga aku tidak sadar bahwa aku telah terpisah dari sahabatku cukup lama. Aku menolehkan kepalaku sekali lagi kearahmu, lalu mengikuti sahabatku, partner in crime ku, dan orang yang membuatku bahagia ini pergi kemana saja yang ia mau. Saat aku memakan potongan gula kapasku yang terakhir, aku membisikkan doa untukmu. Lirih sekali.

Semoga kamu selalu bahagia :))

"
Malang, 16 Oktober 2013

August 23, 2013

FORTE MISA (lagi)

Friday, August 23, 2013 0
FORTE MISA (lagi)
Forte titik dua family of republic ten eight.

Forte titik dua kelas X8 tahun 2012/2013.

Forte titik dua kayak nama obat, kata orang. Bodoamat ya. (Forte means strong btw).

Forte titik dua markasnya di ruang 303, letaknya di lantai tiga dengan hawa yang panasnya gila. Jarang banget ada guru yang betah berlama-lama berdiam diri di ruangan itu apalagi guru-guru jam terakhir. Ruang 303 versi siang hari dilengkapi dengan berbagai macam aroma yang dijamin akan menggoda bulu-bulu hidungmu. Bau ketek, bau kaos kaki, bau daki, bau keringet, dan kadang-kadang bau kuah baksonya Pak Sobar... (eh serius nggak boong.)

Forte titik dua tempat dimana saya nemuin orang-orang yang aneh, gila, dan solid sekali. Tempat dimana kalian saling membutuhkan satu sama lain. Tempat dimana kalian merasa senang menghabiskan separuh hari kalian bersama mereka. Tempat dimana kalian merasa bangga jadi orang idiot...
          Siapa yang nggak kenal Forte Misa? Siapa yang nggak tau yel-yel nya Forte? ._. Hahaha.

Forte titik dua mengajarkan saya banyak sekali hal yang nggak bisa diajarin sama guru-guru di sekolah. Hal-hal tentang bagaimana caranya menjadi lebih dewasa daripada sebelumnya. Tentang kebersamaan. Tentang bagaimana menjadi keluarga tanpa perlu ikatan darah. Forte juga mengajarkan saya indahnya berbagi. Bagaimana rasanya ketika kita merasa membutuhkan dan dibutuhkan orang lain.

Forte titik dua kadangkala nggak sekuat yang kita kira. Namanya hidup bareng, pasti pernah cekcok. Pasti pernah saling nggak suka-sukaan. Pasti pernah saling ngomongin di belakang, kan? Tapi bukan Forte namanya kalo kita nggak bisa ngumpulin semua masalah itu dan nangis bareng dalam satu meja.

Saya suka segala hal tentang Forte.
Waktu semua tangan anak-anak Forte ditumpuk jadi satu dan semua dengan keras berteriak IDIOT IDIOT IDIOT LONGOR! Yel-yel macam apa itu. Semua orang pasti berpikiran begitu. Tapi semua anak Forte selalu terlihat senang setelahnya. Entahlah, menertawai diri sendiri lebih baik kan daripada ngomongin kejelekan orang lain?
Waktu kita saling curhat satu sama lain, ketika kita membuat nama nama panggilan aneh untuk warga sekolah (hahaha jangan ditiru), kayak tante felix, bibi berkerudung merah, angry granny, papi, awwww kangen rek:(
Atau waktu kita pergi main rame-rame malem malem terus main mercon di tugu, pergi baksos, ke batu tapi atha nggak naik dremulen... wkwkwk

Orang-orang selalu bilang kita harus keep going dan bahasa gaulnya move on. Soooo mungkin ini akan jadi post terakhir saya galauin Forte.

Buat Forte, makasih untuk satu tahunnya yang nggak nggak nggak mungkin bisa dilupain. Makasih udah bikin atha betah jadi murid SMA untuk pertama kali walaupun jauh dari orang tua. Makasih banget untuk semua pengalaman, pelajaran yang udah kalian kasih. Makasih udah mau jadi temennya atha, mau sabar ngadepin atha yang lelet dan lemot ini wkwkwk. Makasih grup whatsapp dan line nya yang selalu jadi moodbooster (sampe sekarang), dan selalu jadi penggoda kalo pas ujian.

Walaupun kita udah pisah-pisah, jangan berenti temenan ya. Kita udah dapet kelas baru dan temen-temen baru, dan semua orang pasti akan bilang kita berubah. Wajar kok, rek. Asal berubahnya jangan parah-parah amat sampe nggak inget lagi. Inget kalo kita pernah jadi satu.

Kalian terlalu berharga untuk dilupain, tau nggak!
Atha sayaaaanngggg kalian semua mumumu

Stay idiot longor ya :"3
muah 

July 28, 2013

Iseng

Sunday, July 28, 2013 0
Iseng
Aku tahu pagi hari-mu sudah cukup sejuk
dan malam hari-mu sudah cukup hangat.
Namun biarkan aku menyelipkan namamu dalam doaku.

Mereka bilang hal terindah adalah berfoto bersama dan mengunggahnya ke internet,
memamerkannya pada dunia.
Namun aku rasa hal terindah adalah mereka yang diam-diam,
saling mendoakan.

Selamat malam matahari pagi-ku
dan bulan malam-ku.
Dimanapun kamu berada,
aku selalu berharap hormon Endorphin milikmu sedang bekerja.

June 19, 2013

Bahagia dengan kadarnya masing-masing

Wednesday, June 19, 2013 0
Bahagia dengan kadarnya masing-masing
Masih inget postingan saya yang ini? Gak kerasa itu udah satu tahun yang lalu aja.

18 Juni 2013
Hari itu nggak kayak 18Juni-18Juni lainnya. Itu kali pertama saya menghabiskan hari terbaik dalam setahun tanpa ibu sama bapak. Uh.
Tapi tetep bahagia dong. Tetep bersyukur masih bisa bernafas sampe hari ini, bersyukur karena banyak dapet doa dari orang-orang yang perhatian, bersyukur karena ITS MY DAY, MAN! hahaha.

Makasih buat semua yang udah nyisihin waktunya walaupun cuma semenit buat bbm, sms, mention, atau nge wall dinding fb saya yang jamuran itu, heheehehe. Makasih doa-doanya, semoga terkabul dan balik ke kalian masing-masing. Aamiin

Yeah yeah
And now I’m 16

SAYA 16 TAHUUUUNNNN :D asik.

daritadi isi postingan nggak nyambung sama judul ya?

Gini deh, maksud saya ngasih judul itu, walaupun tahun ini gak ada ibu,bapak,lila,ss,ika,udty,mulei,ica,nopi, apalagi nadia,nanda,rana,riah, tapi atha tetep bahagia kok. Tahun ini yang nemenin ulang tahun ada yangti,yangkung,putri (makasih kue sama kadonya{}), sama @FORTE_MISA{{{{{<3}}}}}

Semoga atha bisa lebih baik lagi ke depannya, bisa banggain orang tua dan semua yang sayang sama atha, jadi anak sholehah, aamiin. *blowmysixteencandles*

atha.

April 29, 2013

Libur Ujian Akhir Nasional

Monday, April 29, 2013 0
Libur Ujian Akhir Nasional
Tanggal 15 April 2013 lalu seluruh pelajar SMA kelas 12 mengikuti UAN (buat yang masih ngeluh baca deh ini) dan the best part of that thing is 4-days-HOLIDAY! Yeay! Karena saya rasa liburnya lumayan banget, saya memutuskan untuk mulang tiyuh saja mengunjungi kedua orang tua saya di..... yak! Lampung!!!!!!!! Saya excited banget dan udah ngerencanain hal ini jauh-jauh sebelumnya, sampe berencana bolos tanggal 13nya biar liburan saya jadi 6 hari hiakakaka. Saya udah memutuskan untuk beneran jadi berangkat tanggal 13, dan simsalabim H-7 tiketnya sudah di tangan saya~ *lalala haha-___- dan H-7 juga teman-teman saya memutuskan untuk pergi liburan ke Jogja... saya ditawarin sih, tapi ya gimana lagi udah kangen ngen ngen sama ibu,bapak, dan kutukupret itu, siapa namanya? Iya, Lilla.

Tanggal 13 April 2013. Anak fortemisa jam 6.00 sudah berkumpul di kelas, dan ini jarang terjadi (?) mengapa ini terjadi? Ternyata setelah diselidiki ada monster kacang merah nyasar di atap sekolah sehingga mengakibatkan alarm tanda bahaya berbunyi dan agen-agen terlatih fortemisa dengan sigap sudah berkumpul dan bersiap membasmi kejahatan! 
(baca: jam pertama adalah seni budaya, dan disuruh masuk jam 6.30 *if you know what i mean*)

Sementara itu, teman bolos saya si Ijah jam segitu udah nyampe dengan bahagia di Sidoarjo. Dan saya? Keluar rumah, duduk di mobil, check in, dan nunggu sambil berharap delay dihapuskan dari dunia. Alhamdulillah pesawat tepat waktu~
Sampe di Jakarta alias Cengkareng alias Bandara Soekarno-Hatta, saya ngurus transit bla bla bla jalan ke ruang tunggu, duduk. 4 atau 5 jam kemudian, saya dipanggil untuk disuruh pulang kampung.

Begitu sampe Lampung dan ambil koper dan cipikacipiki sama ibu, jam ditangan saya bilang udah jam 2, dan perut saya bilang laper. Dan hal ini yang menyambut saya;
 Sushi yang dijual di depan SDnya Lilla. Enak kok, lumayan.
 Malemnya perut saya dapet makanan yang bisa bikin dia goyan dombret, deh. Steak disini emang paling enaaaaaaaaaaaaaakkkkkk.
 Kan ceritanya udah lama gak ketemu, jadi deh saya sama dia narsis-narsisan. Dan yang bikin saya sedikit merinding adalah muka saya.......
Minggu, 14 April 2013.
Sebenernya saya males bangun pagi... Tapi jam 5 udah ditarik-tarik dan diajak ngapain cobaaa? Ikut jalan sehat keluarga dalam rangka ulang tahunnya Semen Padang yang ke 103!! (eh iyatah?.-.) Yeay! Saya udah mau nggak ikut, tapi saya juga ngerasa udah lama nggak liat Lampung, sooo yeah. Ikut deh. Startnya ada di Lapangan Saburai.
 Dan ternyata sebelum jalan sehat ada senam aerobik macam ini.. ya you know lah. Eh btw kaos bapaknya itu keren yah-_- 
Ini ibu sama bapak yang pake kaos semen padang. Kenapa dapet? Karena bapak saya itu kerja di sebuah BUMN gitu, karena sama-sama BUMN, maka yah dikasih deeeh.
 Ini Lilla yang masih kelas 6 tapi udah kayak anak SMA aja. Ya bayangin deh, tinggi dia se-kuping saya padahal kita beda 4 tahun!-_-
 Ini athaya :3 sama bapak. Candid.
 yawks
 Ootd. Oke, itu kaos merah, celana jeans selutut, kaos kakinya ibu, sama sepatu ketsnya bapak yang kegedean dan saya takut itu bisa lepas aja di tengah jalan._.
 Kalo Malang punya tugu yang ada di depan sekolah (promosi), Bandar Lampung punya tugu adipura yang sebutan informalnya adalah Bunderan Gajah. Kenapa? Liat deh di tugu itu ada 4 gajah yang lagi main bola :3
 Keliatan gak gajahnya? :3
 Setelah jalan 6 km, saya laper dan saya dapet ini!! Makanan kesukaan saya yang agak sulit ditemukan di Malang... Enak... Enak... Tau kan ini apa?
 Uuuuu saya nggak lagi ada di Bandung kok, saya ada di sebuah tempat makan yang adem, sepoi-sepoi dan makanannya enak. (Eh btw dari tadi makan mulu ya-_-)

 Karena siang itu panaaasss, es kelapa muda jeruk minumnya. Makannya?? Tadaaaa...
 Kepiting Saos Tiram!! AAAA. Udah, no comment. Pokoknya enak. banget.

Hari Senin, Selasa, saya cuma dirumah aja. Paling ke CP hangout sama ibu. Hahaha.

Oh iya, senin 15 April 2013 pas lagi jalan ke cp sama ibu janjian tuh sama ss-mulei :3 jadidah kita ber 3 nonton The Host :3 wakaka

Rabu, 17 April 2013 pagi. Ketemu Ica, Udty, SS, Muleiiii ;3333 aaaaaaa kita ketawa macem-macem, ngobrol kesana-kemari, makan putiminang<"3, trus poto-poto. Sayangnya udty pulang duluan karena ada latihan kabaret, jadi dia gaikut poto... 
 ki-ka : ica,atha,mulei,ss


  

alay? biarin. Sapa lo sapa gua? Asek. Diorang ini teman-teman sehidup semati deh. Tambah ika, sama nopi. Tapi mereka gak dateng, ada urusan~

Hari Rabu 17 April 2013 Malemnya. Malem itu saya memutuskan untuk cari oleh-oleh untuk si agen-agen fortemisa tuh. Biasanya sih beli keripik pisang doang, ini ada special request untuk bawain empek-empek. Yaudah deh kita meluncur ke toko empek-empek. Sampe disana, saya nemenin ibu buat mesen untuk dibungkus terus di pack gitu. Tapi begitu saya lihat menu-menunya... Seluruh masa kecil saya berputar cepat. 13 tahun emang bukan waktu yang sebentar. Tinggal lama di kota empek-empek (di Tanjung Enim sih), hidup dikelilingi empek-empek, dan udah lama nggak makan empek-empek.... (if only you know how I feel:')) Saya langsung bilang ibu mau empek-empek dan akhirnya malem itu saya makan empek-empek asikkk.
 Enak ya, ada lenjer, telur, keriting, pistel, adaan.... huf
 Bapak pesen Lenggang. Ini juga enak banget.
 Dan ibu pesen apa gitu gatau namanya, tapi sebenernya makanan ini mirip banget sama Tekwan. Aaaahhh udah berapa lama saya nggak makan Tekwan sama Model? :'D
 Bahagia~ wakakaka
Karena belom kenyang, kita kesini.... wk. Cafe&Resto ini lumayan baru dan letaknya lumayan deket sama rumah saya. Karena ini baru, saya baru pertama kali kesini dan sumpah desain interiornya keren banget! Gapercaya?



  
 ki-ka : vanilla latte, lemon tea, hazelnut latte. Yang gelas kecil itu vodka *canda* itu gula kok.
 Ini hot chocolate-nya babe.
 Pizza disini unikkkk, rotinya itu tipisss, kriuk-kriuk gitu. e?nak.
Ini spaghetti carbonara.

Abis makan, atha pulang ke rumah terus packing :". Sebenernya masih pengen liburan, masih pengen ke Mutun (yg kemaren gaboleh kesana gara-gara Lilla UAS-__-), masih pengen lama-lama di rumaaaahhh. But life must go on, Atha. Dan disinilah saya sekarang, udah sekolah lagi, udah belajar lagi, udah di Malang lagi heheheh:D

Dah sih, itu aja. Gak maksud pamer, cuma pengen berbagi kebahagiaan liburan kemaren walaupun atha gak kemana-mana._.
wakakaka
bubyeeeee, kisskiss:*
atha

April 22, 2013

Benar-Benar Belajar

Monday, April 22, 2013 0
Benar-Benar Belajar

Hari ini saya banyak sekali belajar

Saya harus belajar menerima kenyataan bahwa hidup tidak selamanya adil
Ada yang salah ada yang benar
Ada yang besar ada yang kecil
Ada yang bicara tetapi tidak didengar, dan ada juga yang bicara namun tidak mau mendengarkan

Saya belajar bersabar dan mengerti waktu
Mengerti dan paham kapan harus bertindak dan kapan harus diam
Dan ketika pahlawan-pahlawan disana tertawa dan berteriak 'merdeka', saya tahu bahwa saya hanya harus diam dan tersenyum
Saya tahu bahwa saya juga akan punya waktu untuk berteriak 'merdeka', nantinya, harusnya

Saya belajar bagaimana seharusnya belajar
Saya harus paham harusnya tidak akan ada hasil tanpa usaha, yang selain itu hanya omong kosong
Saya juga harus mengerti bahwa saya tidak selamanya benar, tidak selalu duduk diatas, singkatnya kata orang banyak roda selalu berputar, kan?

Saya belajar untuk adil
Ketika saya bahagia, orang lain juga boleh bahagia
Ketika saya punya hak untuk bermimpi, orang lain juga berhak bermimpi
Ketika saya punya kesempatan, orang lain juga harus punya
dan
Ketika saya mendahulukan ego saya, saya tidak boleh marah ketika orang lain mendahulukan ego mereka
Ketika saya berbicara tanpa melihat dan mendengar, tentu tidak apa-apa ketika orang lain berbicara tanpa melihat dan mendengar
Dan ketika saya tidak peduli, harusnya tidak jadi masalah ketika orang lain juga tidak peduli
Saya hanya tidak boleh meledak ketika orang lain melakukan hal-hal yang sama seperti yang saya lakukan

Hidup sudah tidak adil, mengapa saya harus ikut-ikutan?


btw, Selamat Hari Bumi 2013!
Malang,22april2013
atha

April 7, 2013

Sunday

Sunday, April 07, 2013 0
Sunday
What do you usually do on Sunday? I was reaaallllyyy boring and did these stuffs.
 idk i just love my hair, lol
 best things ever. what's your favorite, people?
 i love tying up my hair high
or having a bun like this.

Hahaha happy Sunday, people. Wish you had a great one xoxo
atha.