2014 - atha's scrapbook

November 9, 2014

Pr Bahasa Indonesia

Sunday, November 09, 2014 0
Pr Bahasa Indonesia
Merelakan sama seperti merindukan
Selalu sukar dan tak pernah nyata
Bahkan langit bergemuruh
Ketika melepas tetesan air angkasa

Menunggu sama seperti mengorbankan
Memberi tanpa tahu kapan akan diberi
Berlomba dan bergerak bersama waktu
Siapa yang lebih sabar berdiam

Tidak ada yang pernah memintamu rela atau tunggu
Tapi setidaknya kamu mengerti
Mengusahakan sama seperti berlari
Lelah dan peluh akan terganti


Malang, 8 November 2014
03.00 WIB

November 5, 2014

Quote of the Day

Wednesday, November 05, 2014 0
Quote of the Day
"You must be patient. 

Even if the pains of waiting and wishing and praying tire you, be patient.

Even when long periods of time pass by and others are blessed with what they've been praying for while you still wait, be patient. 

For Allah does not waste the effort of the doers of good.

He delays His response only to hear you call to Him more. 

Be patient. 

For what awaits you is sweeter than the bitterness of longing."


@Alhamdulillah on Instagram.

October 27, 2014

Our Own Constellations

Monday, October 27, 2014 0
Our Own Constellations

Sometimes, you gotta say it. Things are gonna be wasted if they are left unspoken.

***

Kaira membanting penanya ke tanah lalu sedetik kemudian menyesalinya. Ia memungut benda biru berkilauan itu, menyebabkan tangannya menyentuh permukaan paving block yang dingin.

Sudah mau November lagi, batinnya.

Kaira tidak pernah suka dingin di bulan November. Walaupun tidak sedingin Desember, angin bulan November selalu saja menjadi yang paling dingin. Tidak menentu datangnya.

Berhari-hari Kaira berharap inspirasi untuknya menulis akan datang. Berhari-hari juga tidur malamnya tidak nyenyak. Konstelasi bintang diatas sana mungkin tahu penyebabnya. Salah satu dari 88 diantaranya harus tahu jawabannya.

Wahai archer yang sebentar lagi tiba, salam hangatku menyambut kedatangan dinginmu selalu.

***
Mungkin ia titisan Cleopatra.

Atau dewi Athena.

Cantik, pintar, dan kuat. Rambutnya coklat pekat hampir hitam. Hidungnya mancung dan garis rahangnya tegas. Menandakan seseorang dengan prinsip hidup yang kuat.

Zeus memandangi kata-kata yang barusan diketiknya. Sound gay, but whatever. I like it.

Andai ia punya petir, ia bersumpah akan menghanguskan Castor dan Pollux -si kembar yang membuat dunianya sekarang jungkir balik- detik itu juga.

***
Malam itu sama saja seperti malam-malam sebelumnya. Kaira berguling-guling di atas kasur, merutuki matanya yang tak kunjung menutup. Iseng, ia membuka WhatsApp.

Last seen today at 22.54

Dua detik kemudian,

Online

Shit.

Mata Kaira semakin tidak mau memejam. Dengan telaten dilihatnya terus kata Online itu. Kapan akan berubah menjadi typing... ? Mungkin Kaira sudah terlalu lelah untuk sekadar sadar. Kaira menyerah. Menutup WhatsApp dan matanya pada pukul 23.25. Mungkin sang archer belum mau datang. Atau tidak akan pernah datang?

***
Malam itu Zeus sadar Castor dan Pollux sedang bersinar. Walau mungkin ia telat empat bulan, Zeus yakin sinar milik si kembar itu akan tetap ada hingga sang archernya tiba.

Semoga saja.

***
Kaira tersenyum-senyum sendiri. Archernya tiba! Archernya tiba! Padahal belum waktunya ia muncul. Mungkin bukan archer...

“Kenapa harus ‘Kaira’? Apa ada hubungannya sama Kairo?”

“Haha ternyata emang cuma se-cetek itu, ya. Kairo jadi Kaira.”

“Aku serius, Kai.”

Tidak ada yang pernah memanggilnya Kai...

“Aku juga serius, Zeus. I was born in that exotic city.” Kaira tersenyum menang.

“Wow.”

“I know right? Haha.”

“Eh, tadi mau bilang apa Kai?” Tiba-tiba air muka Zeus berubah menjadi serius. Dan Kaira tidak pernah suka saat-saat seperti ini. Saat-saat dimana perasaan akan selalu menang melawan logika. Saat dimana ia tidak bisa mengendalikan seluruh hormon yang mengalir di seluruh pembuluh darahnya. Saat ia tidak bisa mengontrol detak kardionya.

I love you, the king of the Olympus. I wish I could stop. I really wish I could...

“Ai.. ngga papa, Zeus. Ngga jadi.” Buru-buru Kaira membereskan perlengkapan tulis menulisnya dan berlalu pergi.

Zeus memandangi punggung Cleopatra-nya menjauh dan hilang.

If only you knew, Princess...

***
“Mehrunnisa Kaira!”

Refleks, Kaira menoleh. Zeus. Her –wished to be- archer.

“Apa?”

“Kalo aku panggil, bales panggil juga, gih.”

Mau tak mau, Kaira tersenyum. “Halo, Zeus.”

“Padahal tadi aku panggil kamu pake nama lengkap...”

Kayak anak kecil aja, sih. Ada apa?”

Zeus nyengir. “Ajarin aku Hukum Keppler, dong.  Aku nggak mudeng.”

Nggak salah, nih? Anak olimpiade fisika minta ajarin  anak yang kalo ulangan langganan djisamsoe?”

“Terlalu litotes kamu, Kai.” Zeus mencibir. “Aku maunya kamu yang ajarin.”

“Katanya kamu suka astronomi? Masa Hukum Keppler aja nggak mudeng?”

“Ada yang salah, soalnya Kai.”

Kaira mengernyitkan dahi. Bingung. “Salah? Apa yang salah?”

The constellations. Us, Kai.” Lalu tiba-tiba ngeloyor pergi.

Kaira semakin tidak paham tentang permainan Zeus.

Damn you, pretty little loser.

***
Zeus mengutuki dirinya berkali-kali. Sumpah, ia merasa sangat kesal. Sangat bodoh.

Brengsek.

Shit.

Gue bukan cewe, bego! Ngapain sok kode ke Kaira?!

Tai.

Tell me how to tell you why and how, Princess...

***
If only I had someone. Like Castor had Pollux, and vice versa.
If only I had the guts to tell.
If only I were not made of dust in dusk and dawn.
If only I were any other pretty girl.
If.
Only.

Kaira menghela napas perlahan-lahan. Dadanya semakin lama semakin sakit. Pneumotoraks tidak boleh membuatnya berhenti.

Kaira segera meraih pena biru kesayangannya dan mulai menulis diatas bangku taman dekat paving block yang semakin lama semakin mendingin.

Ia harus selesai sebelum November tiba.

***
Dear,
The king of the Olympus,
My favorite constellation,
The one I chose over the other 88,
My best of laughs and tears,
                
Halo :)
                Last week I just got this information, Zeus.
                I think God loves me too much, hehe.
                
I just figured out that I had a special buddy inside my pulmo. We can call him Pneumotoraks, Zeus. What an unique name, right?
                
He made me hard to breathe but it’s okay as long as he’s just doing his job. God sent him to me to make me stronger, King. Talking about strength, I always know you knew better!
                
Kamu secara nggak langsung ngajarin aku jadi kuat. Secara nggak langsung memicu aku buat jadi yang lebih baik dari hari ini.

Kamu selalu bikin aku sadar kalo ternyata perfect  itu bahkan relatif. Semua yang ada di antara kamu dan aku relatif. Satu-satunya hal yang nggak relatif ya kerelatifan itu sendiri.
                
Gimana? Aku sudah cocok jadi anak olimpiade astronomi, belum?
                
Zeus, aku nggak pernah paham sama permainan kamu. Semuanya terlalu mengulur waktu dan aku bahkan baru sadar kalo aku nggak punya banyak lagi.
                
Jangan marah ya setelah terima surat ini.
Terima kasih, ya :)
Last but not least, I just really want you to know that
You are always be my favorite constellation, Zeus.
Sincerely yours,
Castor&Pollux’s twin sister.

***
Zeus tidak peduli dengan teriakan ‘dilarang berlari’ suster-suster sepanjang koridor rumah sakit. Langkah kakinya ia usahakan besar-besar agar cepat sampai. Butuh waktu sepuluh menit bagi Zeus untuk mencerna kata demi kata kiasan yang digunakan Kaira.

Dasar penulis.

Pemandangan pertama yang dilihat Zeus saat masuk kamar Kaira adalah orang-orang yang mengerubungi tempat tidur.

“Permisi...”

Kerumunan itu menyebar.

Pemandangan kedua yang dilihat Zeus adalah Cleopatranya yang dililit berbagai selang. Hidung indahnya tertutup kap oksigen. Mata mereka bertemu. Dan Zeus berani bersumpah bahwa Kaira terlihat senang.

***
Archerku! The brightest constellation in my sky.

Dia datang. Kaira tersenyum senang.

“Masuk, Zeus.”

Setelah meminta semua orang untuk meninggalkan mereka berdua, Kaira membuka kap oksigennya.

“Jangan, Kai. Pake aja.”

“Sebentar doang.” Kaira mencoba duduk.

Pake, Kai. Atau aku pulang.”

Akhirnya Kaira menurut. Ia memasang kembali kap oksigennya dan dengan tanpa suara ia mengucapkan ‘halo’.

Zeus mengusap puncak kepala Kaira dan tersenyum. “Halo juga, Kai. Aku kesini mau bilang kalo whatever you mean in that letter, I feel that too.

Kaira menangis dalam diam.

“Jangan nangis...”

“Mochosei, Zu.”

Zeus mengangguk.

Cepat sembuh, the most beautiful queen in history...

***
Pada akhirnya Zeus tetap menyesal.

Kaira pergi beberapa jam setelah Zeus berkata ‘see you soon, sunshine’.

Kenapa?

Kenapa menyesal?

Zeus bahkan belum sempat berkata

***
Zeus menuliskan surat balasan. Entah bagaimana cara menyampaikannya.

Dear,

My very own Cleopatra,

My favorite hello and my hardest goodbye,

I love you.

I love you.

Zeus loves you.

Zeus loves you.

Sleep well, sweetheart.

Sleep tight, my Athena.

I love you.
Forever yours,
Your archer.

August 24, 2014

...

Sunday, August 24, 2014 0
...
I fall in love with you every day.
fall in love wih you everytime I think of you.
fall in love wih you everytime I see you.
fall in love wih you everytime I talk to you.

Maybe I dont know what falling in love really is.
But

I feel happy everytime I think of you.
I feel happy everytime I see you.
I feel happy everytime I talk to you.

Maybe I dont know what falling in love really is.
But I do know well what happiness is.

you.

The one that makes me smile.
The one that makes me imagining beautiful things.
The one that makes a brighter day.

I fall in love without realizing what it was.
When people say falling in love without knowing how, when, and where
I do know well how, when, and where I fall in love with you.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------


#EAAAAA #tumbendapetidebeginicocwit:') #maapkanmerusaksuasana

August 12, 2014

LEGAL!

Tuesday, August 12, 2014 0
LEGAL!
Walaupun ceritanya sudah telat 2 bulan nggak apa-apa, ya. Now I get the chance to change my blogger profile!
Si Atha yang katanya manja, ngaleman, dan kekanak-kanakan sekarang sudah punya KTP & SIM! Iya, 17. Umur yang kata mereka-mereka paling dinanti dan harus dirayakan karena once in a lifetime. Tapi, kenapa harus 17? Every ages are special on their own. All of them happen once in a lifetime, too.

18 Juni 2014
I woke up with happiness. Thank Allah I got the chance to live until my 17th birthday.
Thank you, for the birthday wishes. They mean so much. Really. Thank you!

Saya nggak pergi sekolah hari itu. Baru sampe rumah dari Pacitan tanggal 17 malem, liburan sama temen-temen. Hehe.

Makasih sekali buat temen-temen Owian sayang yang dateng ke rumah sore-sore padahal abis lomba futsal. Atha diiket di tiang bersama Deasy dan Kiki. Padahal deasy dan kiki ikutan bikin ramuannya wkwkwk. Makasih juga ramuannya^^ Baunya juaraa! Berhasil bikin huek huek.




Makasih ya:)

Trus hari Jum'at dapet surprise lagi dari Wilda, Regina, Emil, sama Ijah. Hehe makasih ya. Maafin Atha pulang sekolahnya lamaaaa banget jadi kalian nunggu nya kelamaan...
Begitu masukin motor ke garasi trus masuk rumah ga curiga apa-apa. Trus tiba-tiba diteriakin dari ruang tamu. Mereka sudah duduk trus ada kue lilinnya udah nyala!! Terharu wkwk:")

Makasih ya:)

Buat Sawi-sawiii! 4 years and still counting ya, aamiin:3 Thank you for always being there. Sometimes you all know me better than myself. Makasih!:)))

Buat Ibu sama Bapak,
I dont know what to say. You will always be loved by all of my heart. You will always be my favorite lights when my world gets dark. You will always be here, flow through my heart and lungs. Carry the oxygen I need, spread along my body. Even the littlest parts of me carry your names, your codes, your bloods.
Thank you, for always being my brightest stars. Most beautiful moons. My angels.
I always wish I could make you happy and proud, one day. Aamiin.
Your little baby loves you very much.


Buktinya Atha udah 17 nih! :3 hehe

Malang, 12 Agustus 2014

August 6, 2014

The Sweetest Movie Quotes

Wednesday, August 06, 2014 0
The Sweetest Movie Quotes

July 15, 2014

gataujudulnyaapa

Tuesday, July 15, 2014 0
gataujudulnyaapa
Wahai mata yang meluluhlantakkan semua perasaan,
wahai kata-kata yang membius pagi dan petang,
wahai tawa yang menghidupkan ratusan rindu,

kenapa aku?

Kamu selalu menuntunku mengembara ke alam tak bertepi. Dunia dimana dingin dan gelap meremukkan tulang. Dunia dimana didalamnya tak ada lagi alasan untuk kembali pulang. Ternyata bahagia itu semudah terlelap dalam kedamaian tanpa perlu melangkah pergi lagi.

Kamu.
Aku berkata kamu tetapi bukan kamu yang aku rasakan.
Kamu.
Adakah aku dalam kamu?

May 30, 2014

Masa Kecil Paling Menakjubkan

Friday, May 30, 2014 0
Masa Kecil Paling Menakjubkan
Ternyata mereka benar.

Kafein memberimu inspirasi. Makin banyak kafein, makin banyak inspirasi.

Hari itu hari jumat biasa. Aku tetap pergi ke sekolah dengan seragam batik dan rok span hitam polos. Konsep yang sama dengan seragam pelayan restoran minang. Membuatku menyama-nyamakan keduanya.

Seusai sekolah aku cepat-cepat pergi meninggalkan lembaga pendidikan tempatku bergantung selama tiga tahun itu. Jam 12.05.

Tujuanku dua, toko buku dan Dunkin Donuts. Hari itu aku ingin menyendiri dan mencari inspirasi. Dan aku berhasil.

***

Siang itu panas sekali. Sebelum matahari mencapai posisi tegak lurus dengan tempatku berdiri, aku segera bergegas menuju gerai donat kenamaan itu. Jalanan cukup sepi, jalan di depan Masjid Jami’ ditutup. Semua tetap tampak normal. Tetap ada ibu-ibu yang berjualan kopi di bawah jembatan penyebrangan. Angkot-angkot biru dengan label berbeda-beda tetap melintas.

Kudorong pintu kaca sebelah kiri dengan stiker ‘dorong’ dekat gagangnya. Hawa dingin menyambutku. 

Syukurlah sofa incaranku di pojok kanan itu kosong.

Sebelum pegawai itu bertanya, aku terlebih dulu bilang, “makan disini.”

Ia mengambilkan piring kecil berlogo Dunkin yang cukup untuk dua potong donat. Kulihat rak berisi donat-donat dihadapanku, “yang hazelnut satu.”

Aku ingin kopi. Aku butuh kafein.
“Kopi nya satu.”

Ice Coffee?”, tanyanya.

“Eh, bukan. Hot Coffee.

“Um, black coffee satu?”

“Iya.” Aku mengangguk, tidak punya ide lain. Kulihat pegawai itu menatapku heran. Mungkin jarang sekali ada cewek berseragam sekolah yang pesan hot black coffee di siang hari yang panas. Kebanyakan yang minum hot black coffee di siang hari adalah bapak-bapak berumur produktif. Aku? KTP saja belum punya.

Gara-gara satu mug besar kopi hitam yang pahit itu, sekarang aku merasakan seluruh saluran pencernaanku mual.

Terlalu banyak kafein.

***

Dulu aku selalu beranggapan orang tuaku merupakan orang tua yang kejam.

Kala itu, semua temanku dibelikan play station.
“Namanya main itu, sama orang. Bukan sama PS. Kalo mau main sana keluar rumah”, begitu jawaban bapak ketika aku minta PS.

Dan jujur, aku harus berterima kasih kepada Bapak. Sekarang aku paham kalau ternyata bermain masak-masakan dengan pecahan genteng atau batu bata, jantung pisang, bunga jambu air, nangka muda, daun kupu-kupu, bunga melati dan kembang sepatu justru jauh lebih meninggalkan kesan dibanding dengan bermain PS.

-

Beberapa tahun sebelum maraknya PS, ada sebuah konsol (jika aku tidak salah) yang hanya membutuhkan dua baterai AAA atau tegangan sekitar 3 volt untuk bisa dimainkan. Untuk yang serinya lebih canggih, mungkin butuh tiga baterai AAA atau 4,5 volt. Layarnya cuma berukuran kira-kira 3x6 cm dan hitam putih saja. Permainannya pun hanya satu, Tetris.

Game nya sederhana. Balok-balok akan berjatuhan dengan bentuk yang sedemikian rupa dan kau harus menyusunnya hingga menjadi seperti tembok yang rata. (in case you didnt know). Sejak saat umurku dua tahun hingga detik ini, aku selalu merasa Tetris adalah game paling brilian yang pernah diciptakan.
Ketika anak seumuranku minta boneka Barbie, aku minta dibelikan Tetris. Itu pun setelah merengek.

Akhirnya aku punya Tetris.

Mungkin orang tua ku terdengar tidak mempedulikan anaknya. Tapi tunggu, ceritaku belum selesai.
Permintaanku akan PS memang tidak pernah dikabulkan, namun aku punya cerita. Aku bahkan baru tahu beberapa bulan yang lalu.

-

Ketika kecil, aku cerewet sekali. Terlalu rewel akan hal-hal kecil. mungkin dalam 1 hari bisa ada ratusan pertanyaan gila dan mungkin menjengkelkan bagi sebagian orang dewasa. Tapi ketika itu aku bahkan baru berumur 1 setengah atau 2 tahun.

Aku menanyakan kepada ibuku kenapa aku dan tetangga laki-laki depan rumahku berbeda. Kenapa perempuan dan laki-laki itu berbeda.

Dan sebulan setelahnya bapak membelikanku ensiklopedia tebal tentang anatomi tubuh manusia. Sebuah bacaan sangat rumit untuk bisa dipahami oleh anak yang bahkan belum bisa membaca.

Dengan gambar yang ada di ensiklopedia itu, bapak dengan sabar menjelaskan sesederhana mungkin mengapa perempuan dan laki-laki itu berbeda.

-

Siapa bilang orang tuaku kejam?

Suatu hari sepulang dari dinas di kota, bapak pulang membawa boneka Hello Kitty yang besarnya empat kali tubuh dua tahunku. Besar sekali. Bahkan bisa aku jadikan kursi.

Dan setiap 18 Juni selama 8 tahun, ibu selalu membuat kue ulang tahun yang spektakuler.
Black Forest yang pertama. Angka dua dengan dua lilin. Lalu 3 gerbong kereta dan lilin angka 3. Tart kotak dengan segumpal balon warna-warni dengan lilin angka 4. Begitu seterusnya hingga kue ulang tahunku yang terakhir, tingkat 3 berwarna ungu dengan angka 8 di atasnya.

Aku tidak pernah ulang tahun atau menghadiri ulang tahun di gerai ayam internasional seperti kebanyakan anak kota lainnya.

Aku tumbuh di kota yang kecil sekali di pedalaman Sumatera Selatan, oh bukan kota. Semacam ibu kota kelurahan. Bisa membayangkannya? Bahkan dalam peta provinsi tidak kelihatan. Baru dalam peta skala kabupaten, nama kota itu terlihat.

Tunggu, jangan dianggap remeh. Kota kecil yang tidak kelihatan itu merupakan sebuah tempat dengan cadangan batu bara paling besar di Indonesia. Dan dari batu-batu hitam bekas pelapukan purba itulah kami makan.

Aku kecil hanya bermain timezone, ke Gramedia, atau makan McD paling 4 bulan sekali. Setelah menempuh perjalanan 292km atau 4 jam perjalanan menggunakan mobil.

Tapi aku tidak pernah merasa nelangsa. Masa kecilku menakjubkan!

Aku tinggal di komplek perumahan dinas tempat bapak bekerja. Notabene temanku bayi adalah teman sekolahku yang juga adalah tetanggaku. Kami semua satu taman kanak-kanak. TK Antrasita. Lalu SD? Mungkin terpisah, tapi kemungkinan SD di komplek itu hanya 3. Kalo nggak masuk SDN 8, ya SDN 10 atau SD Xaverius.

Disitu juga banyak perantau, seperti orang tuaku. Mereka ngobrol dengan bahasa jawa, masak makanan jawa. Dan kami, anak-anaknya, ngobrol dan bercanda dengan bahasa Palembang, akibat pergaulan di sekolah. Kami menamainya ‘baso doson’.

Perumahan kami masih dikelilingi hutan asli. Ular kobra atau ular belang hitam kuning yang masuk ke rumah atau tergeletak mati di jalan depan rumah merupakan pemandangan biasa. Bahkan kamarku pernah kemasukan biawak (semacam buaya, tapi kecil).

Sudah pernah melihat segerombolan babi hutan berjalan-jalan di depan rumahmu? Atau melihat monyet-monyet yang dengan tenangnya memakan nangka masak di halaman belakang rumah? Mendengar ayam peliharaan tetanggamu mati ditelan hidup-hidup oleh seekor ular? Atau ketika lagi asyik bermain komputer ternyata ada ular belang yang lewat di depan kakimu.

Percaya deh, aku nggak bohong. Bahkan hobiku ketika berusia tiga tahun adalah mengumpulkan luwing  (kayak kaki seribu, warnanya merah tua, kalo dipegang dia bakalan menggulung dirinya sendiri) sebanyak-banyaknya.

Dan kenapa aku nggak merasa nelangsa adalah fasilitas di komplek perumahan itu keren banget. TV satelit udah ada, dulu aku suka nonton Power Puff Girls di cartoon network. Ada kolam renang, lapangan sepak bola, lapangan tenis, lapangan basket, lapangan golf, bahkan helipad. Dan kira-kira ketika aku kelas 6, ada tempat Biliard, bowling, dan futsal.

Satu lagi, semuanya gratis.

Dulu sih yang sering aku manfaatkan cuma kolam renang. Kita berenang tiap minggu pagi.

Jujur,
bukan fasilitas disitu sih yang aku kangenin dan aku banggain. Tapi kekeluargaannya itu.
Sebagian besar kan udah kubilang, perantau. Dan itu yang membuat semua orang jadi keluarga. Waktu tinggal disana aku bisa ngerasain  sekali maksud dari ucapan ‘tetangga adalah keluargamu yang paling dekat’. Di kota besar mana bisa?

Selain tetangga-tetangga baik hati ku itu, yang paling meninggalkan kesan adalah ‘kebun binatang’ di sekeliling rumah. Hahaha.

Juga SD ku.

Aku menyebutnya SD Laskar Pelangi.

SD ku dulu hanya terdiri dari 6 kelas. 1 angkatan paling banyak 40 orang. 1 angkatan 1 kelas. Guru-gurunya pun paling hanya 10 orang. Bangunannya sederhana, bahkan waktu aku kelas 3 hampir roboh. Langit-langitnya merupakan sarang kelelawar, dan terkadang jika malamnya hujan lebat, atap sekolah bocor.

Lapangan sekolah kami cuma lapangan rumput dengan tiang bendera di pinggirnya. Baru ketika aku kelas 4, sebagian rumput itu dipangkas dan di semen, untuk lapangan serbaguna. Bisa jadi lapangan bulu tangkis, voli, bahkan sepak takraw.

Sekolahku nggak  punya pagar. Ketika sore, lapangan rumput itu jadi tempat menggembalakan sapi.
Dulu, tiap pagi siswa laki-laki selalu menyekop kotoran-kotoran sapi yang ada di lapangan. Sementara yang perempuan, bagi tugas. Ada yang menyapu kelas, menyapu ruang guru, atau mencuci piring. Hanya siswa kelas 4,5, dan 6 saja yang melakukan itu semua.

Dan aku merasakan kerja bakti membersihkan sekolah yang sesungguhnya ya pas SD. Bagi tugas.
Biasanya yang perempuan menyapu kelas-kelas dan halaman sekolah, mengepel lantai, membersihkan jendela, bahkan membongkar habis perpustakaan kuno itu dan membersihkannya.

Yang laki-laki ada yang merapikan rumput di lapangan, membersihkan selokan dari lumut, memupuk tanaman, membakar sampah, atau mencangkuli halaman belakang sekolah untuk ditanami singkong, pisang, serta berbagai macam tanaman umbi seperti kunyit, jahe dan sebagainya.

SD ku baru punya komputer ketika aku kelas 5. Itu pun hanya 6 biji. Dulu kita pakainya 1 komputer untuk 5 orang.

Sederhana sekali, tapi jangan salah. SD itu menghasilkan lulusan-lulusan hebat, kok. Banyak yang sekarang jadi anak  PTN bergengsi, sebut aja ITB, UI, UGM, UB, UNSRI, bahkan ke luar negeri.

Nggak kalah kalau di adu sama anak kota.


***

Intinya masa kecil saya menyenangkan. Banget.

Seneng banget bisa jadi bagian generasi 90an. Generasi ketika kita masih bersosialisasi dan berinteraksi dengan manusia beneran. Mainin semua permainan yang pada dasarnya mengajarkan kerja sama, tenggang rasa, dan saling menghargai.

Miris liat anak keciljaman sekarang.

Berantem rebutan tab, padahal belum lancar baca.

Mainan mereka terlalu mengajarkan mereka untuk menjadi individual.

How’s yours?

Tiap orang pasti punya cerita beda-beda. Tapi saya percaya semuanya punya 1 kesamaan, yaitu menakjubkan.

***

Ditulis dalam keadaan benar-benar mual akibat kebanyakan kopi hitam yang pahit. 

Sekali lagi mereka benar,
jangan menunggu inspirasi datang untuk mulai menulis. Mulailah menulis, dan inspirasi itu akan datang.

Malang, 30 Mei 2014

May 19, 2014

Bosan

Monday, May 19, 2014 0
Bosan
Hari itu yang tidak pernah beredar dan bersinar menjadi yang tersisa.
Sepi.
Yang bersinar dan beredar tidak ada.
Semua berjalan sangat lambat, seolah jarum detik pada jam dinding itu tidak pernah bergerak.
Tidak ada teriakan
dan semua lelucon menjadi tidak lucu sama sekali.
Semua yang tersisa merasa tidak berguna.
Namanya juga sisa.
Residu.
Hasil saringan.
Ya pantasnya memang di nomorduakan.
Hehe

Dan hari itu dibalik sorot silau cahaya dan topeng sandiwara, aku bisa lihat.
Walaupun aku yakin cuma sepersekian detik saja.
at least at real life i have ever felt that once....
Yaampun aku bicara apa.

Hormones.
Kampret.

found on ask.fm

May 12, 2014

Resep : Indomie Kuah Susu

Monday, May 12, 2014 0
Resep : Indomie Kuah Susu
INDOMIE PAKE SUSU???!
IIIHH ENAK TAH? ENAK!!!
NGGAK ENEK? ENGGAK!!!

Ya dua hal itu sih yang saya pikir pertama kali pas liat di internet berterbaran kalimat ‘indomie kuah susu’. Emangnya enak? Emangnya nggak enek?
Dan baruuuu aja saya bikin satu mangkuk. Dan.......

OH MY BEAUTIFUL GOD. YA ALLAH....
ENAK GILAAAA!!!

Apalagi kamu-kamu yang suka creamy creamy gimanaa gitu. Ini nggak kalah deh sama spagetti carbonara!! (bikinan saya sih, kalo yang lain gatau:p)

Karena saya baik, saya kasih tau deh gimana cara membuat indomie kuah susu yang enak bangetttt:]

You will need :
  • a pack of indomie kuah rasa apa aja deh (saran saya, yang agak netral aja kayak kaldu ayam, ayam spesial, ayam bawang. Tadi saya bikin pake rasa ayam spesial. Soalnya nggak ngebayangin kalo rasa kari apa soto dikasih susu....)
  • susu cair 200ml (susu UHT kotak aja praktis! Tapi jangan yang rasa-rasa yaaa. Hahaha yang full cream aja)
  • telur 1 biji (optional sih, terserah mau pake apa enggak. Enakan pakeee!)
  • sayur, kornet, keju, juga optional.

How to make :
  1. Rebus mie sama telor kayak biasa kalo mau buat mie, setengah mateng aja. (untuk telur, mau setengah mateng atau mateng terserah. Kalo saya ¾ mateng deh wkwk apaan ya._.)
  2. Sambil merebus, tuangkan bumbu mie di mangkuk
  3. Matiin kompor (haha jangan dilupain)
  4. Buang air rebusan, telurnya taruh di mangkuk bersama bumbu. Mienya biarin aja di panci
  5.  Tuang susu ke dalam panci yang masih ada isi mie nya tadi
  6. Parut keju sesuka kamu (kalo nggak suka keju juga nggak papa, tapi seriusan rugi kalo nggak pake hehehe)
  7. Taruh di  atas kompor dan rebus sampe susunya mendidih dan mienya matang
  8. Tuang deh ke mangkuk, trus di aduk dan di tata biar cantik (tambahin sawi hijau rebus, kornet juga boleh)
  9. Karena saya suka keju, setelah mie siap saya parutin keju lagi ahahaha
  10. Cicip kuahnya and you will geet addicted soon
  11.  Kalo udah selesai makan jangan lupa minum sama cuci mangkuk dan panci nya ya:]

 Penasaran kaaannn? Buruan bikin, ini lagi nge hits loh wkwkwk nggak nggak.
Jangan takut enek atau gimana, karena rasanya nggak jauh beda sama indomie rebus biasa. Cuma yang ini lebih creamy gitu, cocok kalo udah bosen sama yang biasa dan tambah cocok buat yang pengen maem pasta tapi nggak punya duit:p


Selamat mencobaaa!

*nb : karena keasyikan makan, lupa difoto. jadi ini foto dari google aja yaaa. kurang lebih sama kok:) hehe

April 18, 2014

Friday, April 18, 2014 0
Hal yang paling menggelikan adalah merasa kesepian ketika bahkan tidak sendirian.

April 14, 2014

Kicked, One Hundred and Eighty Degrees

Monday, April 14, 2014 0
Kicked, One Hundred and Eighty Degrees
illustrated picture. found on Google images.

12 April 2014, 23.00WIB

Andera Kalista membisu di hadapan layar laptopnya. Pikiran serta imajinasinya menyembur ke segala arah hingga membuatnya bingung. Garis batas antara khayalan serta kenyataan semakin lama semakin memudar. Malam semakin giat menghembuskan udara beku, membuat Andera tersadar dan segera menutup jendela kamarnya. Ia menyentak jendela dengan kasar, sebal karena tak kunjung mendapat ide. Andera tahu sekarang sudah pukul sebelas malam dan ia harus segera mengirimkan draft cerpen ke editornya sebelum pukul dua belas.

Satu jam lagi.

Apa yang bisa ditulis dalam waktu satu jam?

Seketika Andera membeku. Mungkin kali ini ia terpaksa harus menulis sedikit cerita tentang masa lalunya. Ia sudah tidak peduli. 10 tahun menjadi penulis tentu tidak akan membuat orang-orang berpikir bahwa itu adalah kisah nyata.

Kesepuluh jari-jari Andera perlahan mulai menari-nari dengan cepat di atas keyboard.

***

12 Mei 2014, 19.00WIB

Andera berkali-kali mengutuki dirinya. Perkiraannya salah, salah besar. Lima menit yang lalu ia menerima email dari seseorang yang mengaku teman lamanya.

Tenang, Andera. Mungkin ia hanya wartawan, batin Andera.

Sial, wartawan mana yang tahu kalau ia pernah kejatuhan kotoran burung semasa SMA?

Sial.

Sial.
***

12 April 2014, 24.00WIB

Andera melihat sekali lagi draft itu sebelum dikirimkan ke editornya. Lumayan, batinnya.

Teruntuk wanita yang hati dan perasaannya selalu menang. Percayalah terkadang kau harus menuruti apa yang dikatakan logikamu. Kutulis cerpen ini dalam waktu satu jam ketika aku tidak tahu harus membela yang mana, nyataku atau imajinasiku. Garis batas antara keduanya sudah semakin mengabur.

Diamku dan Diammu
Semua yang kamu lakukan abstrak. Terkadang bisa membuatku merah jambu, namun tak jarang kelabu. Memahamimu jauh lebih sulit daripada yang kubayangkan sebelumnya. Mengerti jalan pikirmu yang entah ada berapa cabang. Tahukah kamu aku memperhatikanmu lebih dari yang bisa kau tahu?

Caramu berjalan dan mengenakan mantel. Caramu tertawa dan tersenyum. Caramu memandang ketika tertarik terhadap sesuatu. Dan luapan emosi semangat saat kau bercerita dengan mata penuh binar.

Aku rasa aku mulai bisa  memahamimu.

Namun ternyata aku salah.

Kau jauh lebih rumit daripada trigonometri.
*

Angin bertiup kencang, memaksa beberapa helai daun untuk melepaskan diri dari tempatnya bergantung. Aku melangkah pelan, mencoba merasakan angin yang menari-nari diatas pakaianku. Angin yang sama dengan yang menggugurkan daun. Beberapa burung merpati menoleh bingung saat dedaunan disekitar tempat mereka berpijak mulai berguguran. Gemerisik semak dan gesekan botol plastik pada aspal yang kering masih kalah berisik dibandingkan dengan perkelahian antara otak dan hatiku. Selalu saja begitu. Entah apa yang melapisi hati perempuan, hingga tak mau lagi mengenal kata logika.

Aku memilih satu diantara puluhan kursi itu untuk duduk dan sekedar merapikan rambutku. Sudah sepuluh menit novel yang baru saja kubeli aku biarkan terbuka. Kalimat pertama novel itu membuatku terlalu sibuk berpikir.

Aku dan kamu adalah pantulan cahaya di kaca. Ada, namun tak nyata.

Dua anak perempuan berlari-lari kecil sambil berteriak sebentar lagi akan hujan. Namun aku tetap bergeming. Apa yang selama ini kupertahankan, ternyata balik menghujamku. Seluruh tubuhku bergetar menahan tangis. Ketika tetes air hujan mengenai halaman pertama novel dipangkuanku, akhirnya aku membiarkan pertahanan diriku runtuh. Kubiarkan tetes-tetes bening itu meluncur turun melewati pipi, dan ikut membasahi halaman novel bersama air hujan.
*

Namanya Milo, seperti nama susu cokelat hangat kesukaanku. Jujur, dia biasa saja. Dia bermain bola seperti anak laki-laki kebanyakan. Mengerjakan tugas dengan seenaknya juga seperti anak laki-laki kebanyakan. 
Selalu pinjam alat tulis, lupa membawa pr, dan segala hal biasa lainnya.

Segalanya terlihat biasa saja,
Sampai ketika aku tidak sengaja menemukannya menangis di balik rak buku di sudut paling belakang perpustakaan sekolah.

Kala itu, ia terlihat sangat rapuh.

Aku tidak berani mendekatinya. Terlalu takut untuk ikut campur. Setahuku, jika laki-laki sudah menangis, tentu masalahnya sudah tidak bisa dianggap sepele. Namun aku tidak tahu lagi, aku bukan salah satu diantara mereka.

Jadi, disinilah aku. Berdiri mematung dengan jarak sepuluh jengkal dari tempatnya terduduk dan sesenggukan. Tentu saja aku bersembunyi. Aku tidak ingin ketahuan stalking.

Waktu itu aku hanya seratus persen penasaran.

Tiba-tiba Milo bangkit. Matanya terlihat merah sekali.

Entah benar atau hanya perasaanku saja, namun matanya berkilat marah menatap ke arahku. Mau tidak mau aku keluar dari rak-rak buku itu. Sudah ketahuan.

“Lisa, jangan bilang siapa-siapa.” Ia mendesis serta memalingkan muka. Mencoba menyembunyikan kedua matanya yang masih merah. Tanpa diminta aku juga tidak punya rencana memberi tahu yang lain. Toh aku tidak mengenalnya. Aku hanya menatap seadanya kemudian berbalik. Saat aku hendak melangkah, ia memanggilku.

“Lisa...”

Aku menoleh, sebisa mungkin mengatur mimik wajahku agar menampilkan tanda tanya yang besar.

“Aku mau cerita.” Sambungnya pelan.

Aku mematung selama beberapa detik. Cowok? Curhat? Aku baru mengenalnya sejak tahun ajaran baru dimulai tiga bulan yang lalu. Dan cowok ini bilang mau cerita? Sama aku?

Milo menepuk-nepuk lantai marmer disebelahnya. Aku menurut saja. Tepat ketika aku duduk dengan sempurna di sebelahnya, kata demi kata mengalir lambat dari bibirnya.

“Orang tuaku mau cerai. Aku baru tahu tadi malam. Tadi malam aku kebelet pipis tengah malam dan mendengar mereka bertengkar. Mereka bertengkar nggak kayak di sinetron-sinetron, Sa. Mereka diskusi, tapi aku bisa bedain mana diskusi biasa mana yang nggak.”

Aku terkesiap, bingung harus berkata apa kemudian berkali-kali memarahi diriku sendiri di dalam hati begitu sadar kalimat apa yang aku gunakan sebagai tanggapan. “Memang apa bedanya diskusi biasa sama yang nggak?”

Terdengar Milo menghela napas panjang. Mungkin ia mengira aku menganggap ini semua lucu. Namun ekspresinya berubah seketika melihat wajahku yang  innocent. Sungguh, ketika itu aku tidak tahu harus bilang apa.

Mulai hari itu aku mengenal siapa Milo sebenarnya. Entah bagaimana caranya, namun aku dan Milo semakin dekat saja. Tidak, kami tidak pacaran. Namun aku senang sekali menemukan teman ngobrol yang seru. Yang sama-sama menyukai Ritter Sport, cokelat asal negara Adolf Hitler itu. Aku dengan varian Praline dan dia dengan yang Cornflakes.

Kami selalu ada untuk sama lain. Bagaimana ketika aku jadi mak comblang ketika ia naksir dengan temanku, atau ketika ia yang selalu ada ketika aku harus putus dengan pacarku. Segalanya nampak menyenangkan sekali sampai suatu ketika Milo menghilang di tahun akhir masa SMA kami.
Rumahnya sepi, tersegel rapat. Orang-orang bagian tata usaha sekolah juga enggan menyebutkan kemana Milo. Hapenya tidak pernah aktif.

Dan seminggu kemudian pak pos datang ke rumahku membawa surat beramplop cokelat kumal.

Dari Milo.

Dia bilang perceraian kedua orang tuanya berdampak sangat besar untuknya. Ia yang semula menetap di kota ini dengan Ibunya mendadak harus pindah tinggal dengan ayahnya.
Ibunya mau menikah lagi.
Astaga Milo..
*

Aku kehilangan Milo. Sahabat sehangat susu cokelat yang panas. Setiap dua minggu sekali ia mengirimiku surat tanpa alamat sehingga aku tidak bisa membalasnya dan tidak ada ide dimana dia berada. Dalam surat-suratnya ia dengan lancar menuliskan bagaimana tidak enaknya merindukanku. Bukan tipikal Milo yang kukenal.

Sampai surat ke delapan belas yang membuatku hampir kena serangan jantung. Surat itu tidak panjang. Hanya beberapa baris pembuka seperti surat kebanyakan lalu dilanjutkan dengan lirik lagu. Ya, lirik lagu. Sejak kapan Milo berubah menjadi romantis begini?

Untukmu Lisa, whos sometimes being replaced by my un-warm six string riding in the seat.

Brantley Gilbert More Than Miles

Maybe I should take take picture off the dashboard
Before memory hits the brakes and takes the wheel
Yeah I bet she
s still crying on that front porch
Yeah this time it
s going to take some time to heal

Cause Im on my way to Tennessee
Singing Georgia on my mind
Chasing what they say
s a dream
Thinking maybe it ain
t mine
Cause that girl
s in every song I sing
She
s in every song I write
That six string riding in the seat won
t keep me warm tonight

God what am I supposed to do here?
Cause there
s still more than miles in my rearview
Yeah Ive been changing lanes without my mirrors
Cause every time I look behind me I see her
I think I just realized how much I need her

So Im turning back for Georgia
Stopping short of Tennessee
I cant put my dreams before her man I need her here with me
Cause that girl
s in every song I sing
She
s in every song I write
That six string riding in the seat can sleep in the back tonight

Dan surat berikutnya merupakan surat terakhir Milo, juga dengan lirik lagu yang membuat moodku naik turun secara drastis hari itu. Bagaimana tidak? Isi surat Milo berbanding terbalik dengan lirik lagu yang ia sertakan.

Lisa, mungkin ini adalah surat terakhirku. Jangan terlalu pikirkan lirik lagu di bawah ini. Dan tolong, jangan pernah menungguku kembali. Karena mungkin aku tidak akan pernah melakukannya.

The Beatles When Im Sixty-four

When I get older losing my hair
Many years from now
Will you still be sending me a valentine
Birthday greetings, bottle of wine?
If I
d been out till quarter to three
Would you lock the door?
Will you still need me, will you still feed me
When I
m sixty-four?

Youll be older too
And if you say the word
I could stay with you

I could be handy, mending a fuse
When your lights have gone
You can knit a sweater by the fireside
Sunday mornings go for a ride
Doing the garden, digging the weeds
Who could ask for more?
Will you still need me, will you still feed me
When I
m sixty-four?

Every summer we can rent a cottage in the Isle of Wight
If it
s not too dear
We shall scrimp and save
Grandchildren on your knee
Vera, Chuck & Dave

Send me a postcard, drop me a line
Stating point of view
Indicate precisely what you mean to say
Yours sincerely, wasting away
Give me your answer, fill in a form
Mine for evermore
Will you still need me, will you still feed me
When I
m sixty-four?

Diam berarti banyak ya, Milo. Para pakar perasaan di luar sana bilang “A guy and a girl can be just friends. But at one point or another, they will fall for each other. Maybe temporarily, maybe at the wrong time, maybe too late, or maybe forever.”
And I love you too, Milo. Come home soon...
*

Pada akhirnya toh kamu tidak pernah kembali, seperti surat terakhirmu. Apa saja yang sudah terjadi padamu sejak euforia SMA itu berakhir? Apa kamu masih suka Ritter Sport Cornflakes?  Aku merindukanmu tapi aku tidak bisa, Milo. Aku sudah terlalu lelah untuk sekedar merindukanmu.

***

12 Mei 2014 18.55

Sudah tiga bulan aku tidak pulang. Kehidupan kasar kota metropolitan yang egois ini memaksaku menyisakan waktu lebih banyak untuknya ketimbang untuk Bunda. Belum lagi jika deadline mengejar. Aku harus siaga 24/7 hingga garis-mati itu selesai.

Aku sedang asyik browsing tiket pesawat murah untuk pulang menengok Bunda ketika notifikasi emailku berkedip. Satu pesan masuk.

From:  Muhammad Mikail
Subject: Halo Andera Kalista

Astaga, is this really you? Aku nggak pernah nyangka kalo Arakalis writer terkenal kesukaanku itu kamu sampai aku membaca cerpen terakhirmu yang terbit kira-kira satu bulan yang lalu.

So, apa kabar? Masih suka kejatuhan kotoran burung semasa SMA? Atau masih belum bisa move on dari Gatra? Kamu nangis lama sekali waktu itu. Nostalgia kadang menyesakkan, ya. But still Andera, Will you still need me, will you still feed me When I’m sixty-four?

Maaf sudah pergi lebih dari satu dekade. Tapi masih maukah kamu jadi partner in crime ku? Jadi orang yang paling dekat denganku, yang lebih dari sekedar teman masa remaja.

Aku memandangi pesan itu dengan tidak percaya. Seenaknya saja Mika –oke, nama aslinya Mika bukan Milo- memperlakukanku begitu. Seenaknya menyuruhku berhenti menunggu dan kini dia memintaku kembali. Dia kira aku apa.

Sejak lulus SMA tidak pernah ada nama Mika lagi. Aku menyelesaikan SMA dengan nilai yang cukup memuaskan. Kuliah di jurusan Komunikasi dan selesai dalam waktu tiga tahun. Di tahun yang sama dengan tahun kelulusanku, aku mendapat kesempatan mengikuti Festival Jurnalistik di München, Jerman dan bertemu dengan seseorang yang menjadi temanku menyelesaikan kehidupan fana ini.

Aku membalas pesan itu dengan satu tangan. Tanganku yang satunya kugunakan untuk menahan beban Kanya, anakku. Jadi ibu baru memang membuatku terlalu sensitif sampai tidak sadar kalau aku membalas pesan Mika dengan agak kasar.

To : Muhammad Mikail
Subject : Re:Halo Andera Kalista

Mika, sekarang aku sudah jadi ibu. Aku sekarang paham sekali kenapa dulu Bunda atau bahkan Mamamu terlalu protektif.

Terima kasih sudah menjadi penggemar karya-karyaku. Semoga bisa menginspirasi.

p.s. Tolong, jangan pernah menungguku kembali. Karena aku tidak akan pernah melakukannya.

***
writer's note : Just another fiction story. Hope you like it!