Kamukah yang Kucinta? - atha's scrapbook

July 25, 2016

Kamukah yang Kucinta?

Jadi beberapa bulan yang lalu aku bikin artikel buat ikutan lomba #CintadalamKata di idntimes.com tapi ngga menang, padahal udah bikin 2 hehe daripada ngga ada yang baca, aku share aja ya disini. Btw emang tema lombanya cinta cmiww

Kamukah yang Kucinta?
Dan aku katakan sekali lagi.

“Aku mencintaimu.”

Entah kota ini yang terlalu romantis atau aku yang terlalu puitis. Tapi memang begitu kenyataannya. Aku, yang selama ini tidak peduli dengan cinta, bisa jatuh hati begitu saja kepadamu, yang tak pernah berhenti bermain wanita. Kukira kita impas, karena selama ini kita tidak pernah menghargai cinta seperti yang seharusnya dilakukan manusia sebagai balasan syukur atas rasa yang belum tentu dirasa setiap insan.

Kau tahu, aku takut.

Aku takut jika tempatku jatuh akan meremukkan seluruh tulangku, karena ketahuilah aku telah jatuh sejatuh-jatuhnya. Namun aku lebih takut lagi, jika kau tangkap aku, terbangkan aku, dan jatuhkan aku dari tempat yang jauh lebih tinggi. Bisa meledak semua isi kepala dan perutku.

Aku tidak pernah memilih untuk mencintaimu. Oh, dengan cinta saja aku tidak percaya. Lalu kau perlahan datang, menyusup ke dalam rongga-rongga jantung yang selama ini hanya terisi darah, darah, dan darah. Kau berikan cinta di dalamnya. Detaknya menjadi-jadi, tak bisa diatur lagi. Entah kau melakukannya secara sadar atau tidak. Tetapi terima kasih, aku bahagia.

Tidak ada hari tanpa bahagia. Lantunan rasa hatiku mengalun lembut setiap detiknya. Membiarkan diriku jatuh, jatuh, dan jatuh lebih dalam lagi. Kau tahu? Cinta adalah bahagia jika kau jatuh cinta pada orang yang tepat. Aku rasa kau tepat. Setidaknya menurutku begitu.

Hingga suatu hujan kau menghilang. Lenyap begitu saja tanpa kabar sama sekali. Tak ada artinya kah aku untukmu? Tetapi mungkin memang seharusnya begitu. Aku tidak diciptakan Tuhan dari salah satu costaemu yang hilang. Setidaknya terima kasih telah menyadarkanku bahwa masih ada yang jauh lebih menyakitkan dari tulang yang patah. Hati yang retak, kepercayaan yang rusak, mata yang membengkak, dan bahagia yang tak lagi tampak.

Manusia egois, kau tahu? Manusia selalu ingin menjadi yang satu-satunya. Tak terkecuali aku. Setiap malam aku selalu merengek kepada Tuhan agar mengantarmu untukku. Tak apa, bila aku hanya bisa bersamamu sepanjang malam dan mendapati air mata pada permukaan bantalku di pagi hari. Sungguh, tak apa. Itu jauh melegakan dibanding tidak adanya kabar darimu.

Ternyata selama ini aku salah, dan sekarang aku mengerti, mengapa mereka mengagungkan rasa ini. Aku paham, mengapa rindu lebih menyayat dibanding jatuh cinta. Setidaknya tolong beri aku kabar, walau kabar itu berarti kau sedang bahagia dengan yang tepat. Dan ia bukan aku.

No comments:

Post a Comment