NB : BUKAN KISAH NYATA-___-
HiGH SCOOL LIFE PART 1
“Sudah dibilang tidak ada barang elektronik! Masih tidak
jelas?!”
Aku menatap sosok yang menjulang dihadapanku tanpa ekspresi
apapun. Tatapan miliknya sungguh tidak berperikemanusiaan. Bengis. Bibirnya hanya
terkatup rapat, seolah tidak ingin membuang waktunya dengan tersenyum satu
detik saja.
“Maaf, Kak.”
Matanya mulai tampak berkilat marah. Sambil mengacungkan mp3
player kepunyaanku, ia langsung pergi begitu saja. Membiarkan aku dan sembilan
anak lainnya menatap punggung lebarnya kebingungan. Rasanya aku ingin menangis.
Mp3 yang baru aku beli satu minggu yang lalu itu kini sudah tidak ada di sakuku
lagi. Aku ingin mengutuk dunia, mengutuk kakak tadi dengan seluruh peraturan
yang mengkekangnya, dan mengutuk siapapun yang mencetuskan kegiatan gila ini.
***
Tiga hari kemudian aku mulai bisa bernafas lega. Kegiatan gila
itu telah selesai, menandakan aku telah bebas dari peraturan-peraturan ajaib,
aneh, yang membuat kepala Ibuku jadi ikut berdenyut-denyut tidak senang. Aku mulai
memakai seragam baruku, kemeja putih dengan rok abu-abu. Tadi pagi ibu
menatapku dengan berkaca-kaca. Masih tidak percaya bahwa aku sekarang sudah
kelas 10.
Aku terseok memasuki gerbang sekolah. Kakiku masih pegal,
seluruh badanku masih lelah. Jika boleh, aku akan lebih memilih untuk tidur
dibandingkan harus berada di dalam kelas selama tujuh setengah jam, dengan
orang-orang asing yang belum aku kenal. Sampailah aku di depan papan
pengumuman. Jariku menelusuri nama-nama asing, berusaha mencari namaku di
sela-sela ratusan nama lainnya. Jariku berhenti di kelas X10. Kelas paling
ujung yang membuat aku harus berjalan lebih jauh lagi. Aku menghembuskan nafas
panjang, berharap hariku akan terasa menyenangkan.
Dari kejauhan aku melihat papan nama itu. Kelas X10. Aku tersenyum
tipis lalu kembali berjalan. Kelas itu lumayan berisik. Samar-samar aku mendengar
percakapan mereka. Kebanyakan dari mereka berkenalan, dan sebagian lagi
membicarakan tentang 3 hari kemarin. Tentang MOS. Aku mulai melangkahkan kaki
masuk. Inilah separuh hidupku satu tahun kedepan.
Saat aku masuk, beberapa orang menghentikan kegiatan mereka
dan menatapku. Aku baru akan tersenyum saat pintu kelas dibuka dan dibanting
dengan keras. Dahiku berkedut, bersumpah hendak memarahi siapapun yang
melakukan itu. Saat pintu terbuka, sosok itu datang lagi, dengan mp3 player
kepunyaanku! Aku menatapnya dengan kesal, dan tanpa basa-basi langsung merebut
mp3 player itu dari tangannya. Aku lalu berjalan menuju bangku nomor 3 dari
belakang, menaruh tasku, menyumbat lubang telingaku dengan earphone dan
menghidupkan mp3 player itu. Tidak peduli dengan mata-mata yang menatapku
terkejut. Samar-samar aku mendengar pintu kelas ditutup kembali. Aku tersenyum.
Aku mendengar langkah kaki mendekat. Aku menoleh. Berdirilah
disana sosok jangkung yang menatapku tanpa ekspresi. Tanpa senyum apapun. Tatapannya
dingin, tajam, dan agak menakutkan. Aku melepaskan earphone ku, menatapnya
bingung.
“Kenapa?”
“Bangku lain penuh.” Tanpa berkata apa-apa lagi ia duduk
disebelahku. Aku menatapnya kesal. Orang ini minta diajar!
Aku menatap sekeliling. Benar, bangku lain sudah penuh. Aku mengutuk
diriku sendiri, kebodohan yang aku perbuat menyebabkan aku harus satu bangku
dengan makhluk semi-bisu ini.
***
Gimana? Gimana? Kalo ada yang baca ini, comment dong. Biar atha semangat nulisnya. Ntar kalo banyak respon, dilanjutin nih. Yaaa? Makasih yang udah mau baca! xoxoxo
HE BAGUUUUUSSSSS. lanjuttkaaan !!! you rock man !!! \m/
ReplyDeleteFirst comment loh pril!!! MAACIH EAPSS~
Delete