Sometimes, you gotta say
it. Things are gonna be wasted if they are left unspoken.
***
Kaira membanting penanya ke tanah lalu sedetik kemudian
menyesalinya. Ia memungut benda biru berkilauan itu, menyebabkan tangannya
menyentuh permukaan paving block yang
dingin.
Sudah mau November
lagi, batinnya.
Kaira tidak pernah suka dingin di bulan November. Walaupun
tidak sedingin Desember, angin bulan November selalu saja menjadi yang paling
dingin. Tidak menentu datangnya.
Berhari-hari Kaira berharap inspirasi untuknya menulis akan
datang. Berhari-hari juga tidur malamnya tidak nyenyak. Konstelasi bintang
diatas sana mungkin tahu penyebabnya. Salah satu dari 88 diantaranya harus tahu jawabannya.
Wahai archer yang sebentar lagi tiba, salam hangatku
menyambut kedatangan dinginmu selalu.
***
Mungkin ia titisan
Cleopatra.
Atau dewi Athena.
Cantik, pintar, dan
kuat. Rambutnya coklat pekat hampir hitam. Hidungnya mancung dan garis
rahangnya tegas. Menandakan seseorang dengan prinsip hidup yang kuat.
Zeus memandangi kata-kata yang barusan diketiknya. Sound gay, but whatever. I like it.
Andai ia punya petir, ia bersumpah akan menghanguskan Castor
dan Pollux -si kembar yang membuat dunianya sekarang jungkir balik- detik itu
juga.
***
Malam itu sama saja seperti malam-malam sebelumnya. Kaira
berguling-guling di atas kasur, merutuki matanya yang tak kunjung menutup.
Iseng, ia membuka WhatsApp.
Last seen today at 22.54
Dua detik kemudian,
Online
Shit.
Mata Kaira semakin tidak mau memejam. Dengan telaten
dilihatnya terus kata Online itu.
Kapan akan berubah menjadi typing...
? Mungkin Kaira sudah terlalu lelah untuk sekadar sadar. Kaira menyerah.
Menutup WhatsApp dan matanya pada pukul 23.25. Mungkin sang archer belum mau datang. Atau tidak akan
pernah datang?
***
Malam itu Zeus sadar Castor dan Pollux sedang bersinar.
Walau mungkin ia telat empat bulan, Zeus yakin sinar milik si kembar itu akan
tetap ada hingga sang archernya tiba.
Semoga saja.
***
Kaira tersenyum-senyum sendiri. Archernya tiba! Archernya
tiba! Padahal belum waktunya ia muncul. Mungkin bukan archer...
“Kenapa harus ‘Kaira’? Apa ada hubungannya sama Kairo?”
“Haha ternyata emang
cuma se-cetek itu, ya. Kairo jadi Kaira.”
“Aku serius, Kai.”
Tidak ada yang pernah memanggilnya Kai...
“Aku juga serius, Zeus. I
was born in that exotic city.” Kaira tersenyum menang.
“Wow.”
“I know right? Haha.”
“Eh, tadi mau bilang apa Kai?” Tiba-tiba air muka Zeus
berubah menjadi serius. Dan Kaira tidak pernah suka saat-saat seperti ini. Saat-saat
dimana perasaan akan selalu menang melawan logika. Saat dimana ia tidak bisa
mengendalikan seluruh hormon yang mengalir di seluruh pembuluh darahnya. Saat ia
tidak bisa mengontrol detak kardionya.
I love you, the king
of the Olympus. I wish I could stop. I really wish I could...
“Ai.. ngga papa,
Zeus. Ngga jadi.” Buru-buru Kaira
membereskan perlengkapan tulis menulisnya dan berlalu pergi.
Zeus memandangi punggung Cleopatra-nya menjauh dan hilang.
If only you knew,
Princess...
***
“Mehrunnisa Kaira!”
Refleks, Kaira menoleh. Zeus. Her –wished to be- archer.
“Apa?”
“Kalo aku panggil, bales panggil juga, gih.”
Mau tak mau, Kaira tersenyum. “Halo, Zeus.”
“Padahal tadi aku panggil kamu pake nama lengkap...”
“Kayak anak kecil
aja, sih. Ada apa?”
Zeus nyengir. “Ajarin aku Hukum Keppler, dong. Aku nggak
mudeng.”
“Nggak salah, nih?
Anak olimpiade fisika minta ajarin anak yang kalo
ulangan langganan djisamsoe?”
“Terlalu litotes kamu, Kai.” Zeus mencibir. “Aku maunya kamu
yang ajarin.”
“Katanya kamu suka astronomi? Masa Hukum Keppler aja nggak mudeng?”
“Ada yang salah, soalnya Kai.”
Kaira mengernyitkan dahi. Bingung. “Salah? Apa yang salah?”
“The constellations. Us,
Kai.” Lalu tiba-tiba ngeloyor pergi.
Kaira semakin tidak paham tentang permainan Zeus.
Damn you, pretty
little loser.
***
Zeus mengutuki dirinya berkali-kali. Sumpah, ia merasa
sangat kesal. Sangat bodoh.
Brengsek.
Shit.
Gue bukan cewe, bego! Ngapain
sok kode ke Kaira?!
Tai.
Tell me how to tell you why and how,
Princess...
***
If only I had someone.
Like Castor had Pollux, and vice versa.
If only I had the guts
to tell.
If only I were not made of dust in dusk and dawn.
If only I were any
other pretty girl.
If.
Only.
Kaira menghela napas perlahan-lahan. Dadanya semakin lama
semakin sakit. Pneumotoraks tidak boleh membuatnya berhenti.
Kaira segera meraih pena biru kesayangannya dan mulai
menulis diatas bangku taman dekat paving
block yang semakin lama semakin mendingin.
Ia harus selesai sebelum November tiba.
***
Dear,
The king of the
Olympus,
My favorite
constellation,
The one I chose over
the other 88,
My best of laughs and
tears,
Halo :)
Last week I just got this information, Zeus.
I think God loves me too much,
hehe.
I just figured out that I had a
special buddy inside my pulmo. We can call him Pneumotoraks, Zeus. What an
unique name, right?
He made me hard to breathe but
it’s okay as long as he’s just doing his job. God sent him to me to make me
stronger, King. Talking about strength, I always know you knew better!
Kamu secara nggak langsung ngajarin aku jadi kuat. Secara nggak
langsung memicu aku buat jadi yang lebih baik dari hari ini.
Kamu
selalu bikin aku sadar kalo ternyata perfect
itu bahkan relatif. Semua yang ada
di antara kamu dan aku relatif. Satu-satunya hal yang nggak relatif ya
kerelatifan itu sendiri.
Gimana?
Aku sudah cocok jadi anak olimpiade astronomi, belum?
Zeus, aku
nggak pernah paham sama permainan kamu. Semuanya terlalu mengulur waktu dan aku
bahkan baru sadar kalo aku nggak punya banyak lagi.
Jangan marah
ya setelah terima surat ini.
Terima kasih, ya :)
Last but not least, I just really want you to know that
You are always be my favorite constellation, Zeus.
Sincerely yours,
Castor&Pollux’s twin sister.
***
Zeus tidak peduli dengan teriakan ‘dilarang berlari’ suster-suster
sepanjang koridor rumah sakit. Langkah kakinya ia usahakan besar-besar agar
cepat sampai. Butuh waktu sepuluh menit bagi Zeus untuk mencerna kata demi kata
kiasan yang digunakan Kaira.
Dasar penulis.
Pemandangan pertama yang dilihat Zeus saat masuk kamar Kaira
adalah orang-orang yang mengerubungi tempat tidur.
“Permisi...”
Kerumunan itu menyebar.
Pemandangan kedua yang dilihat Zeus adalah Cleopatranya yang
dililit berbagai selang. Hidung indahnya tertutup kap oksigen. Mata mereka
bertemu. Dan Zeus berani bersumpah bahwa Kaira terlihat senang.
***
Archerku! The brightest constellation in my sky.
Dia datang. Kaira tersenyum senang.
“Masuk, Zeus.”
Setelah meminta semua orang untuk meninggalkan mereka
berdua, Kaira membuka kap oksigennya.
“Jangan, Kai. Pake
aja.”
“Sebentar doang.” Kaira mencoba duduk.
“Pake, Kai. Atau aku
pulang.”
Akhirnya Kaira menurut. Ia memasang kembali kap oksigennya
dan dengan tanpa suara ia mengucapkan ‘halo’.
Zeus mengusap puncak kepala Kaira dan tersenyum. “Halo juga,
Kai. Aku kesini mau bilang kalo whatever
you mean in that letter, I feel that too.”
Kaira menangis dalam diam.
“Jangan nangis...”
“Mochosei, Zu.”
Zeus mengangguk.
Cepat sembuh, the most
beautiful queen in history...
***
Pada akhirnya Zeus tetap menyesal.
Kaira pergi beberapa jam setelah Zeus berkata ‘see you soon, sunshine’.
Kenapa?
Kenapa menyesal?
Zeus bahkan belum sempat berkata
***
Zeus menuliskan surat balasan. Entah bagaimana cara
menyampaikannya.
Dear,
My very own Cleopatra,
My favorite hello and
my hardest goodbye,
I love you.
I love you.
Zeus loves you.
Zeus loves you.
Sleep well,
sweetheart.
Sleep tight, my
Athena.
I love you.
Forever yours,
Your archer.
Your archer.